Enam

1.6K 105 5
                                    

‼️Mature content‼️

*****

"Awh..." Jisung meringis, berpegangan pada tembok disebelahnya. Ia benar-benar tersiksa sekarang, bersusah payah keluar dari kamar untuk pergi ke dapur. Lelaki manis itu berhenti ketika tinggal beberapa langkah lagi sampai didapur. Tentu saja karena kejadian semalam.

"Siapapun tolong aku!" Jisung berteriak dalam hati dengan frustasi.

"Jisung?" Dan sebuah keajaiban, seseorang datang. Itu Mark, yang kini menatap Jisung antara bingung dan khawatir.

"Are you okay? Kau sepertinya membutuhkan bantuan, aku tadi melihat mu berjalan dengan lambat. Kau baik-baik saja kan?" Tanyanya.

Jisung seketika menggigit bibir dalamnya. Matanya mengedar ke segala arah, berusaha mencari alasan yang masuk akal.

Sial. Ia sama sekali belum memikirkan alasan apapun jika dihadapkan dengan situasi seperti ini.

"A-aku baik-baik saja, aku... Hanya... Hanya..."

"Ayo Jisung, berfikir!!"

"Dia jatuh dari tangga dan pergelangan kakinya sedikit sakit."

Jisung menoleh. Menatap Jaemin yang kini melingkarkan tangannya ke bahunya. Menjadikannya tumpuan baru untuk Jisung selain tembok yang ada disisi lainnya.

"Aaa begitu. Lebih berhati hatilah lain kali." Ucap Mark. Mengacak ngacak rambut Jisung lembut lalu kemudian berlalu pergi.

"Apa kau tidak bisa membuat sebuah alasan? Atau kau memang bodoh?" Jaemin menatap Jisung datar. Sementara lelaki manis itu tampak menunduk.

Jisung tidak berani menatap Jaemin. Kejadian semalam berhasil membuatnya takut kepada lelaki itu. Dan tubuhnya seketika kaku, jantungnya berdegup dengan begitu cepat, tangannya gemetar ketika tiba-tiba Jaemin mengangkat tangannya.

Jisung sudah memejamkan matanya, siap menerima pukulan yang akan diberikan Jaemin. Namun, bukan sebuah pukulan yang ia dapat, melainkan sebuah telapak tangan hangat yang mendarat disisi wajahnya.

"Jisungie... Kita harus mempunyai skill untuk kabur dari situasi seperti itu, mengerti?" Tangan Jaemin dengan lembut mengusap pipi Jisung.

Nafasnya seketika tercekat ketika Jaemin mendekat lalu memberikan kecupan lembut ke dahinya.

"Kau ingin ke dapur kan? Biar ku bantu."

Dan Jisung terlalu terkejut untuk menolak. Ia hanya diam menurut ketika Jaemin menuntunnya menuju dapur. Mendudukkan dirinya ke kursi sementara Jaemin mengambilkan apa yang ia inginkan.

"Apa aku perlu menemani mu disini?" Tanyanya setelah selesai mengambilkan segelas air untuk Jisung.

Jisung menggeleng pelan, "Tidak perlu, kau bisa kembali ke kamar mu. Terimakasih hyung."

Jaemin tersenyum kecil kemudian mengacak acak rambut Jisung sebelum berlalu ke kamarnya. Meninggalkan Jisung yang bengong di tempatnya.

Apa apaan itu? Jaemin yang begitu dingin, yang mengatakan ia memiliki kesan yang buruk ketika mereka pertama kali bertemu tiba-tiba menjadi hangat? Jisung tidak bisa mempercayai ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

More Than HyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang