22: Rasa Bersalah

1.1K 147 6
                                    

[ T h e F i r s t O n e ]

Rate: M (for save)

Naruto ©Masashi Kishimoto
Pair: Nejisaku

♥♥♥
[Rasa Bersalah]

Beberapa bulan kemudian, hubungan keduanya kian menghangat.

Hyuuga Neji memang bukan seperti Naruto si yang blak-blakan mengungkapkan cintanya pada Hinata, dan bukan seperti Sai yang puitis nan romantis. Neji punya cara lain. Cara sendiri yang membuat Sakura merasa seribu kali dicintai setiap harinya.

Wanita itu merasa beruntung dengan semuanya. Suami yang mencintainya, guru layaknya orang tua, juga sahabat dekat yang selalu ada untuk nya. Agaknya kesempurnaan itulah yang membuat hari-hari nya terasa berlalu begitu cepat.

Hinata telah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Boruto beberapa saat lalu. Lalu disusul oleh Temari. Ino pun sudah memasuki bulan akhir kehamilan nya. Mungkin sebentar lagi wanita pirang Yamanaka itu juga akan melahirkan.

Kabar bahagia lainnya, Tenten pun sudah mengandung. Beberapa bulan lagi mungkin akan menyusul teman-teman mereka. Sakura ikut bahagia melihat semuanya.

Namun, ada rasa sedikit tercubit dihatinya. Wanita merah muda itu menatap bayi perempuan di pangkuan nya sedih. Melihat kebahagiaan teman-teman nya yang sudah ataupun segera menjadi orang tua, kira-kira kapan ia dan Neji bisa merasakan nya juga?

Wanita itu tersentak saat seseorang menepuk bahunya. Ia lalu tersenyum kikuk pada Karin yang menatapnya bertanya. Ngomong-ngomong soal Karin, wanita itu juga sudah melahirkan. Dia lebih melahirkan bayi perempuan nya ketimbang Hinata.

"Ada apa?" Sakura menggeleng. Sekarang dia memang sedang berada di kediaman Uchiha. Sesuai amanah Sasuke dulu, dia akan membantu Karin dan ikut menjaga bayi Uchiha itu.

"Dia cantik." Sakura tersenyum melihat bayi perempuan berambut hitam yang menggeliat nyaman.

Sarada Uchiha.

Nama yang indah. Sakura berdoa semoga nasib bayi ini akan seindah namanya. Dia sudah melewati banyak hal menyakitkan bersama sang ibu sejak dalam kandungan. Tiada siapapun yang peduli, bahkan sang ayah belum pernah menyentuhnya sejak lahir.

Sasuke tidak pernah pulang.

Agaknya hal ini membuat Sakura merasa sedikit bersalah pada Karin dan bayi Sarada. Masih jelas diingatan nya bagaimana Sasuke mengungkapkan bahwa ia lah alasan laki-laki itu enggan pulang ke desa.

Karin tersenyum. Dia ikut melirik pada bayi nya, lalu menoleh pada Sakura yang tengah memandang bayi itu terkagum.

"Aku berharap semoga Sarada mirip denganmu."

"Hei, bagaimana mungkin? Dia anakmu." Ujar Sakura terkekeh kecil.

Karin tersenyum. Merasa miris akan kata yang ia ucapkan selanjutnya.

"Aku berharap Sarada mirip denganmu agar Sasuke bisa mencintainya."

____________________

"Aku berharap Sarada mirip denganmu agar Sasuke bisa mencintainya."

Kata-kata itu terus berputar-putar dipikiran nya. Ya Tuhan, apakah ini salahnya? Salah Sakura kah yang membuat seorang laki-laki tidak bisa mencintai bayi kandung nya sendiri?

Sakura mengaduk-aduk sup daging diatas kompor sembari melamun. Tersadar saat seseorang memegang tangan nya yang tengah memegang sendok. "Eh?!" Kagetnya saat menemukan Neji tepat dibelakangnya.

THE FIRST ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang