SIX

1.1K 90 2
                                        

Dua bulan kemudian°•*⁀➷

Chintya menyaksikan dengan bangga ketika kekasihnya, Oliver memegang tinggi-tinggi Quidditch Cup yang kini menjadi miliknya. Akhirnya rekor bertahun-tahun Slytherin telah dipatahkan. Di sisi Chintya saudara tercinta nya, Cedric ikut bahagia untuk itu. Setidaknya bukan Slytherin lagi yang menang, Cedric berbisik di telinganya. Seandainya Quidditch adalah pertandingan popularitas maka Slytherin akan kalah telak oleh banyaknya pendukung Gryffindor. Merah Gryffindor menghiasi hampir separuh tribun. Teriakan riuh memekakkan telinga, Chintya bersuka ria bersama para pendukung lain nya.

Oliver menatapnya dari atas sapu terbang nya dengan senyuman lebar khasnya tentu saja dibalas Chintya dengan lambaian tangan dan senyuman yang sama lebarnya. Kemenangan ini pertanda akhir semester yang tidak lama lagi, juga artinya Oliver akan meninggalkan Hogwarts, atau dalam kamus Chyntia dapat diartikan Oliver akan meninggalkannya.

Setelah selebrasi panjang selesai Chintya menerobos masuk ke dalam ruang ganti pemain Gryffindor tanpa malu-malu. Mencari Oliver ketika akhirnya melihat nomor punggung tujuh milik sang kekasih, dia berlari ke arahnya. "Selamat atas kemenanganmu Liv." Chintya memeluk Oliver yang masih dipenuhi keringat. Oliver tersenyum kepada Chyntia. "Ini berkat dirimu." Oliver menangkup pipi gadis itu dan memberikan nya ciuman singkat yang kuat.

"Cedric akan cemburu jika tahu kau memberikanku strategi luar biasa itu." Oliver tertawa sambil membawa Chintya ke pelukan erat lagi. Memutar-mutar nya beberapa kali sebelum membiarkan kaki gadis itu menyentuh tanah.

"Ya bukankah kita sepakat merahasiakan itu dan cukup pujian nya Oliver. Aku tidak enak merusak momen ini tapi aku rasa kau butuh mandi." Chintya berbicara sambil mengibaskan tangannya di udara  tepat di depan hidung nya, bermaksud menggoda Oliver. Pria itu dengan wajah yang pura-pura tersinggung menatap kekasihnya. "Tidak ada ajakan mandi bersama?" Tanya nya yang di hadiahi jitakan di kepala oleh Chyntia.

"Jaga bicaramu Liver sayang. Seluruh tim bisa mendengarmu." Itu benar mereka ada di antara ruang ganti perempuan dan laki-laki. Keduanya sisi dapat mendengar apapun yang mereka katakan dan lakukan jika menghasilkan suara terlalu keras.

"Ya ya terserah." Oliver dengan nada bodoh amat.

"Jangan berbicara dengan nada seperti itu. Itu menjengkelkan." Chintya menegur.

"Huh, seolah-olah kau bukan orang yang telah mengutuk pria malang karena terjatuh setelah ditabrak oleh mu." Oliver memanyunkan bibirnya yang diberikan kecupan oleh Chintya. Sejak mereka berkencan akhirnya Oliver berani mengangkat topik itu.

"Itu adalah hari sialmu." Ucapnya sambil mengangkat bahu. "Aku harus pergi. Sekali lagi kau juga harus mandi." Chintya melepaskan tangannya dari bahu Oliver. Tapi tangan Oliver tetap menggenggam erat pinggangnya.

"Ajakanku yang tadi bagaimana?" Oliver bertanya dia benar-benar hanya berniat menggoda Chintya.

"Ajakan yang mana?" Chintya balik bertanya.

"Mandi bersama." Oliver kembali di hadiahi jitakan. "Tidak Oliver, no sex before marriage."

"Kau tidak mempercayaiku?" Oliver berpura-pura kesal.

"Yeah tentu saja. Bagaimana aku menjamin kau tidak pergi mencari wanita lain ketika aku masih di Hogwarts bertemankan buku-bukuku sedangkan kau diluar sana mengejar Quidditch." Oliver mengerutkan keningnya. "Itu berlaku untukmu juga. Bagaimana aku bisa tenang jika memiliki gadis dengan banyak penggemar pria. Bletchey sialan itu masih mengejarmu seperti anak anjing. Buruknya kau berada di tahun yang sama dengan nya."

Chintya tertawa memberikan kecupan terakhir pada pipi Oliver sebelum memaksakan diri untuk lepas dari pelukan Oliver. "Sekali lagi kau butuh mandi. Sampai jumpa sayang." Chintya pergi menjauh sambil memberikan kiss bye.

✓𝐐𝐔𝐈𝐃𝐃𝐈𝐓𝐂𝐇 𝐂𝐀𝐏𝐓𝐀𝐈𝐍ೃ‧₊›- 𝙊𝙇𝙄𝙑𝙀𝙍 𝙒𝙊𝙊𝘿 [HP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang