TWO

846 81 0
                                    

Seminggu berlalu setelah kecelakaan di hallway yang melibatkannya dengan Oliver Wood. Sungguh sial baginya karena sekarang Chintya dengan terpaksa harus menyaksikan pertandingan Quidditch kakaknya melawan Oliver Wood ditengah-tengah suasana mencekam, selain badai ada juga makhluk sihir yang berkeliaran. Dia tidak tahan untuk menghujat dan mencaci kementerian dan menteri itu sendiri karena kegilaan mereka menempatkan Dementor di sekeliling Hogwarts. Apa yang mereka inginkan dengan benda gelap di sekitar tempat penuh penyihir di bawah umur?!

Chintya menghabiskan satu Minggu penuh berlatih mantra Patronous demi muncul dipertandingan kakaknya. Dia tidak ingin mengalami trauma dilecehkan oleh ciuman mematikan Dementor. Bagaimana bisa sekolah tetap melaksanakan pertandingan Quidditch ini sedangkan cuaca sangat buruk dan lebih buruk lagi dengan adanya pertandingan ini Hogwarts di penuhi kebahagiaan, keceriaan, gairah dan semangat berjuang.

Hal-hal yang jelas menjadi daya pikat tersendiri bagi Dementor.

"This is Crazy!! Cuaca sangat buruk. Aku berharap kakakku tidak akan terluka." Chintya berbicara dengan teman disisinya. Dengan sedikit berteriak karena angin hujan dan suara suporter Hufflepuff yang berisik. Laura Madley, nama gadis disampingnya hanya menyenggolnya dan mendengus.

"Kakakmu tidak akan terluka! Dia lebih dari cukup untuk mengendalikan sapu di cuaca buruk!" Laura balas berteriak. Chintya jelas tidak meragukan kemampuan kakaknya tapi ini cuaca yang buruk, sangat-sangat buruk, dengan petir yang menggelegar. Bahkan salah satu tribun sudah tersambar.

"Duck, omnicularku bahkan tidak berguna dalam cuaca ini! Ini gila seharusnya Quidditch di tunda!! Akh lupakan di tunda, lebih baik dibatalkan saja!" Chintya menggeram frustasi. Kakaknya entah dimana dan sial hawa semakin dingin, siswa-siswi masih dipenuhi semangat dan hati yang bahagia bahkan ditengah badai meneriakkan semangat pada para pemain.

Ini membuat Chyntia mengigil takut dan dingin. Dementor, dia bersumpah dia bisa merasakan Dementor itu mendekat. Dengan susah payah dia menjangkau tongkat nya dari sisi tubuhnya.

Patronous nya tidak akan bisa menghalau semua Dementor tapi dia akan berusaha menjauhkan kakaknya dari Dementor yang mendekat. Jika pertandingan berakhir.....

Ugh mengapa dia tidak membaca peraturan Quidditch. Bagaimana jika dia meneriakkan patronus ditengah-tengah permainan dan match itu dibatalkan dia pasti akan menjadi busuh bebuyutan asrama nya sendiri dan juga asrama singa.

"Oh Merlin! Bukankah itu Cedric!!" Seorang gadis tahun ketiga berteriak. Chintya mengenali nya dia Susan Bones.

Dengan sigap Chintya menggunakan omnicularnya. Itu benar-benar kakaknya. Dia terjatuh kebawa seperti dia telah tersetrum petir. "Oh Helga! Tolong jangan biarkan kakakku mati, jangan biarkan dia menyentuh tanah." Chintya bergumam terus-menerus bahkan jika dia sering menjadikan saudara nya sebagai korban pranknya dia jelas menyayangi kakaknya dengan sepenuh hati dan jiwanya.

Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan Chintya. Cedric dengan cepat mengendalikan kembali sapunya bahkan jika rambutnya sudah dalam keadaan buruk. "Terimakasih Helga! Ayo Cedric jangan sampai latihan ketat dan kejam itu sia-sia." Chintya berteriak sekuat-kuatnya sampai tenggorokannya terasa sakit.

Cedric kembali ke langit, Chintya berharap dia tidak mati gosong karena tersambar petir lagi. Ketika dia akhirnya menghela nafas lega karena Cedric setidaknya melewati satu sambaran petir teriakan khawatir orang-orang membuatnya kembali sesak nafas. Bloody hell!!

"Itu Potter!!!" Laura berteriak.

Harry semakin mendekat ke tanah dan Dementor mulai mengelilingi tribun penonton ya tuhan, apakah itu? Kakaknya dengan puluhan Dementor di belakangnya.

✓𝐐𝐔𝐈𝐃𝐃𝐈𝐓𝐂𝐇 𝐂𝐀𝐏𝐓𝐀𝐈𝐍ೃ‧₊›- 𝙊𝙇𝙄𝙑𝙀𝙍 𝙒𝙊𝙊𝘿 [HP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang