14

2K 154 1
                                    

Pagi pagi sekali bi Yuri membuat keributan dengan mengutarakan satu pesan singkat; bibi mau pulang kampung.

Yeonjun terguncang panik hingga hampir pingsan, pikirnya jika bi Yuri pergi siapa yang akan mengurus rumah dan membersihkan kotoran Loly? Siapa yang nantinya akan memasak atau sekedar mengusap debu di meja?

Yeonjun sungguh tidak bisa melakukan apapun tanpa bimbingan dari Bi Yuri, saat memasak saja dia langsung kelimpungan sendiri dan berakhir diomeli oleh sang ibunda tercinta.

Tapi kalau ia menolak ijin bi Yuri, ya tidak tega juga.

Yeonjun masih punya hati, anaknya bi Yuri di kampung sedang sakit dan butuh perhatian lebih.

“Bi Yuri jangan pergi lama lama.” Suara Yeonjun melirih, memeluk tubuh ringkih bi Yuri seolah tak ingin berpisah jauh. Padahal hanya pergi selama 1 minggu saja, tidak lebih apalagi kurang.

Di sampingnya ada Soobin yang sudah mendengus geli, namun tetap ikut berpelukan begitu Yeonjun mendelik sengit seolah ingin melontarkan kalimat secara tersirat.

‘Sini pelukan dulu!’

Tangis bi Yuri pecah, jelas sedang merasa terharu karena perhatian kecil dari kedua majikannya. “Bibi pergi dulu ya den, jaga rumah baik baik. Jangan sampai waktu bibi pulang nanti rumahnya udah hangus gara gara kebakaran.”

“Ihh Bibi Gak lucu tau, emangnya Junnie apaan?”

“Maaf Den, bibi cuman khawatir sama keadaan rumah.”

Tertohok oleh sindiran tersebut, senyuman getir Yeonjun  terulas mengiyakan perkataan bi Yuri.

Apa dia seburuk itu dalam mengurus rumah?

Soobin sendiri sudah tertawa mengejek lalu menepuk nepuk punggung Yeonjun prihatin. “Jangan sampai kebakaran ya, dek.”

“Kak Soobin, dih!”

“Bercanda."
(ngebayangin soobin ngomong bercanda pake versi nya Gege;))

Bi Yuri sedikit merinding, mulai geli melihat drama picisan majikannya secara live. Mereka ini kalau sudah menunjukan kemesraan khas pengantin baru tidak pernah tahu tempat.

“Den, bibi pamit pergi dulu, ya. Jaga rumah sama kesehatan terus jangan lupa buat momongan, biar disini tambah rame.”

Wajah Yeonjun  memerah samar menahan malu, ingin mengumpat namun urung kala senyuman lembut dia dapat dari wajah tampan Soobin.

“Bibi doain aja dulu, siapa tahu beneran jadi. Ya 'kan dek?”

.

.

.

Hanna datang berkunjung.

Membawa seonggok plastik putih berisi bahan makanan serta senyuman manis menawan yang tersungging disudut bibir. Tidak ada kabar atau ancang ancang sebelum datang mengetuk pintu depan. Sungguh dan untungnya beliau hadir saat sore menjelang.

“Mama.” Suara tenor yang lebih tua mengalun menyapa wanita paruh baya tersebut. Yeonjun diam diam meringis kikuk dalam hati, ikut menyapa Hanna seraya mencium punggung tangannya sebagai salam.

“Harusnya Mama kasih kabar dulu kalau mau datang ke rumah.” ujar Soobin dengan dahi sedikit bergurat.

Kalau saja Hanna memberi kabar terlebih dahulu, setidaknya Soobin bisa menjemput ke rumah utama. Tidak tega juga memikirkan Mama nya datang menggunakan angkutan umum.

“Mama sengaja pengen kasih kejutan, Junnie apa kabar? Soobin nggak bikin kamu susah 'kan?”

“Nggak Ma, kak Soobin baik.” Tentu saja, bahkan pria ini terlalu baik dan mau mau saja disusahkan oleh Yeonjun. Tipe pria yang bisa diandalkan dan sangat idaman sekali. Suamiable istilahnya.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang