41

1.5K 101 7
                                    

Huek!

“Den yeonjun muntah lagi?” Ada segurat kecemasan yang membingkai wajah bi Yuri. Wanita paruh baya itu berbisik, mengetuk pintu kayu untuk kesekian kali sebelum berbalik menuju telepon rumah.

Jangan kasih tahu Mas soobin!

Ah masa bodo, pikirnya.

Kalau sudah seperti ini bagaimana bisa bi Yuri diam saja dan memperburuk keadaan. Setidaknya soobin harus tahu agar bisa membawa yeonjun ke rumah sakit untuk di periksa.

Huek!

“Aduh, kok Den yeonjun muntah terus sih? Perasaan tadi pagi makannya gak aneh-aneh.”

Cklek

Pintu kamar mandi terbuka, wajah yeonjun pucat luar biasa dengan rambut basah oleh keringat. Mata hazelnut memincing sejenak lalu mengambil alih telepon rumah dari tangan Bi Yuri dan menutupnya secepat mungkin. “Mas soobin lagi sibuk bi, gak usah kasih tahu dia.”

“Tapi den—”

“Junnie cuman masuk angin kok, ditidurin juga nanti sembuh.”

Bi Yuri masih tidak percaya, sebelah tangan nya terulur mengusap kening si kecil. Dia cemas, benar-benar cemas. “Bibi panggil Dokter kim ya? Biar dia periksa kamu sekarang.”

Bekerja selama bertahun-tahun di keluarga besar Choi membuat bi yuri hafal betul semua permasalahan maupun orang-orang terdekat yang juga mengabdi, melayani keluarga mereka. Bahkan bi yuri juga pernah menjadi saksi bisu bagaimana tumbuh kembang majikan kecilnya sedari bayi.

“Bibi pengen mastiin sesuatu.”
.

.

.

Wajah serius Dokter kim mau tak mau berhasil menarik rasa takut Yeonjun. Tangan dia gemetar, meneguk ludah takut-takut dan memandang Bi yuri kalut.

Bagaimana kalau dia terkena usus buntu atau lebih parahnya lagi gagal ginjal?

Oke, lupakan sikap bodoh tadi. Itu tidak mungkin karena selama ini  Yeonjun selalu menerapkan hidup: 4 sehat, 5 sempurna.

“Om.”

"Sehun sama sejeong udah bilang
sama om tentang kondisi kamu
yang bisa hamil. Gak usah takut gitu, emangnya kamu mikirin apa hm?” Perkataan hangat seokjin sedikit banyak menenangkan kegelisahan Yeonjun.

Pemuda manis itu tersenyum, memilin ujung bajunya gugup dan berbisik kelewat pelan. “T-tapi junnie masih gak terlalu yakin soal itu.”

Dia takut kecewa setelah berharap lebih. Yeonjun takut jika apa yang selama ini soobin impikan justru tidak pernah terjadi dan hanya akan berakhir dengan kehampaan.

Puk

“Jangan murung, sekalipun kamu gak bisa hamil. Kalian masih bisa adopsi anak 'kan?”

Ugh, pembicaraan ini benar-benar membuat Yeonjun tidak nyaman. Kenapa juga Dokter seokjin harus berbicara seperti itu? Bi yuri bahkan tidak membantu sama sekali perihal ucapan pria mapan tersebut.

“Om---"

“Tapi karena kamu unik, jadi kalian gak perlu adopsi anak.”

Mengerjap bingung, kepala Yeonjun sontak mendongak disertai binar polos. Bi yuri yang berada di samping pun ikut tersenyum sembari mengusap rambut halus Yeonjun gemas.

Tentu saja dia paham maksud ucapan Dokter kim seokjin. Tanpa di jelaskan dua kali pun Bi yuri benar-benar paham perihal kondisi kesehatan majikannya saat ini.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang