23

1.8K 140 5
                                    

Rintik air hujan yang jatuh membasahi aspal jalan terekam jelas dalam lensa hazel milik yeonjun. Kedua tangan dia menggosok masing-masing bahu, mencoba mencari kehangatan ditengah hembusan udara dingin.

Yeonjun tidak bisa pulang, terjebak secara paksa bersama bocah tengil bernama mark. Hei, yeonjun bukannya sengaja ingin berduaan dengan si dugong ganjen ini. Yeonjun juga ingin kembali ke rumah dan memeluk soobin. Bergelung manja didalam selimut sembari bercanda sesekali.

Yeonjun merindukan pria itu. Sungguh.

Ingin meminjam ponsel mark malah berakhir sia-sia belaka. Dia bilang ponselnya tertinggal di rumah lalu mengajak yeonjun untuk berteduh di depan toko roti yang sudah tutup.

“Sekarang jam berapa?” yeonjun bertanya pelan tanpa menoleh pada mark. Pikiran dia terbagi oleh berbagai kemungkinan tentang reaksi soobin jika dia pulang lebih lama lagi.

“Jam 7, kenapa? Lo takut dimarahin bang soobin?” tanyanya heran dengan alis terangkat sebelah.

Yeonjun tebak si Dugong ini sama sekali tidak punya niat untuk menghibur dia dengan mengatakan; Bentar lagi hujannya reda, kita bisa pulang.

Lagipula, bukan hal tersebut yang dia takutkan. soobin sangat jarang marah kepada yeonjun, sekalipun marah paling-paling untuk kebaikan yeonjun sendiri. “Gue mau balik sekarang.”

Mark mendengus jengah, melirik tangan si manis yang sedikit menggigil cukup lama.

“Dingin?” Ada kecemasan tersembunyi dibalik pertanyaan barusan. Yeonjun menggeleng meskipun kenyataan justru berbanding terbalik.

Dia kedinginan, sangat dingin dan yeonjun paling tidak tahan udara dingin.

Puk.

“Pake jaket gue, kalo masih dingin bilang aja. Nanti biar gue yang peluk, gratis kok.”

Seringai jahil mark mengembang apik bahkan menyempatkan diri untuk mencubit pipi yeonjun gemas. Si empunya wajah hanya diam dengan mata berputar malas. Menerima tanpa canggung jaket milik mark untuk menghalau udara dingin.

“Lo gak dingin, Sat?” yeonjun bertanya ragu-ragu karena masalahnya tubuh tegap mark hanya terbalut oleh seragam putih berlengan pendek. Yeonjun jamin si dugong ini sama menggigilnya seperti dia.

“Jun ”

“Hm?”

“Peluk dong, lo mau gue mati kedinginan?” Kerlingan samar terbersit menghiasi iris hitam mark. Kedua tangan putih ikut di rentangkan begitu lancang.

Yeonjun mendelik tak suka lalu melempar kembali jaket milik mark. Hampir sebenarnya karena tiba-tiba saja pemuda itu merengkuh bahunya kelewat erat tanpa persiapan apa pun.

Bola mata yeonjun membelalak sempurna, berusaha mendorong bahu kokoh mark sebisa mungkin.

“Lepas bego!”

“Bentar elah, cuman peluk doang.”

Umpatan kasar sontak terlontar dari belah bibir yeonjun, alisnya menekuk tajam disertai wajah memerah menahan malu sekaligus kesal. “Mark!”

“Tahu gak? Lo orang pertama yang selalu nolak gue.” Kali ini rontaan yeonjun terhenti. Mimik muka dia terlihat bingung dan membiarkan pelukan mark kian mengerat tanpa sadar.

“Waktu pertama kali kita ketemu, gue udah suka sama lo. Gemesin sih, pengen banget gue ajak nikah.”

Babi.

Tangan yeonjun'kan jadi gemetar hebat dengan wajah merona pekat. Dia juga bisa malu kalau terus digoda oleh pria tampan semacam mark. Ya, meskipun jauh didalam hati tetap terikat oleh sosok Soobin seorang.

Happy MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang