merana.

11 0 0
                                    

sejak kau buru-buru meninggalkan ruangan, masih ada lekuk ikal asap rokok yang kian sama seperti ikal halus rambutmu yang sebetulnya terlalu lurus untuk kubilang ikal. masih tersisa pula wewangianmu yang terbawa angin setelah disemprot di jaket berwarna coklat kulit tiruan itu.

sebelum kau pergi, ada kerlingan sepasang mata yang menatap tembok, jam dinding, dan layar hitam ponsel dengan tak tenang... dengan mulut tertutup menumpuk dan berdesis seperti air yang sedang kudidih di teko untuk kopimu, selagi kau diam di ruang tamu ditonton televisi berisi omong kosong rentetan iklan.

bagian kecil namun jauh di dalam jantungku seperti bom yang kemudian meledak ketika ponselmu bergetar dua kali.

"istriku manggil. aku pergi dulu ya."

sejak kau buru-buru meninggalkan ruangan, kopimu saja belum kausentuh. bahkan, ujung dari setengah batang rokok yang kautengger di samping asbak pun masih aktif membara ditiup angin.

kau datang beres agenda. lalu pergi lagi seusai mengarungiku, menyisakanku bagai pelacur yang merana di ruang tamu.

Kepingan: Prosa Tentang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang