Sticky Notes - 2/2

36 10 0
                                    

(Sebelum ke sini, disarankan untuk baca bagian 1/2 terlebih dahulu.)

     KETIKA Agam melihat Ayu melewati kelasnya, Agam langsung menutup lokernya, mengejar, dan menarik tangan Ayu.

"Mau ke mana?" tanya Agam.

"Kenapa?" Alih-alih menjawab, Ayu malah bertanya balik.

"Ya kan mau tahu."

"Toilet. Mau ikut?"

"Ah, nggak jadi."

"Ya udah."

Keduanya sama-sama diam untuk beberapa detik. Lalu, Ayu mengernyit sembari melihat tangannya yang masih digenggam.

"Lepas dong," suruhnya datar. "Gue kebelet."

"Yu," panggil Agam lagi, sembari melepas genggamannya. "Lo tahu nggak, ini hari apa?"

"...Selasa?" jawabnya ragu, malah seperti pertanyaan.

Agam diam. Ayu juga.

"Ya udah deh. Sana." Suara Agam terdengar kecewa. Ia mengusir Ayu dengan gerakan tangan.

Ayu mengangguk, lalu pergi ke arah toilet. Meninggalkan Agam sendirian berdiri di depan barisan loker XI IPA-1.

Ah, dia aja lupa sama ulang tahun gue.

     Agam kembali mengunjungi kelas Ayu. Namun, ia tak menemukan gadis yang dicarinya. Ruang kelas itu sudah sepi, tinggal sisa seorang cewek dari OSIS yang dia kenal, sedang merapikan kolong mejanya.

"Nana," panggil Agam. "Ayu mana?"

Cewek yang dipanggil Nana itu menengok dan mengerutkan dahinya heran. "Mana gue tahu. Udah pulang kali."

Agam memasang gestur kecewa. Sehabis itu, Nana bilang, "Lo nggak bosen apa, Kak, ke kelas gue nyariin Ayu melulu?"

"Nggak," jawab Agam, yang disambut dengan helaan napas dari Nana. Lalu, tebersit sesuatu di kepalanya. "Na, lo kan kenal semua orang nih. Kira-kira di sekolah ini yang namanya disingkat RKN tuh siapa?"

"Rayun kali?" tebak Nana setelah berpikir beberapa saat.

Adam mengernyitkan dahi. "Siapa tuh?"

"Lah, lo deket sama orangnya tapi nggak tahu nama panjangnya, Kak?" Nana memberhentikan aktivitasnya dan fokus pada Agam.

"Maksudnya, Na?"

"Rayun Kenang Nadani. Itu nama panjangnya Ayu."

"Hah?"

     "Rayun, ayo!" ajak Pak Fadli si guru kimia kepada Ayu. "Temen-temenmu semua udah di laboratorium, lho."

"Iya, Pak. Saya tinggal ambil buku sama alat tulis dulu," jawab Ayu sembari berjalan ke lokernya.

Pak Fadli mengangguk mengizinkan, lalu ia berjalan pergi ke laboratorium kimia.

Ayu membuka lokernya untuk mengambil bukunya. Saat tangannya hendak menyentuh buku yang ditujunya, mendadak perhatiannya teralihkan pada kertas warna kuning yang ditempel di dinding lokernya.

Rayun Kenang Nadani, gue nggak keganggu sama sekali soal every-morning-message yang lo tempel di loker gue nyaris setiap hari. Justru gue terhibur.

Ayu, makasih udah mau nyita waktu cuma buat nulis-nulis buat gue tiap pagi.

-Agam

Ayu membulatkan matanya ketika membaca kertas tersebut. Dari mana Agam tahu soal nama panjangnya? Di sosial media bahkan buku tulisnya tak pernah Ayu sertakan soal nama panjangnya.

Mati gue, batin Ayu.

Buru-buru, Ayu menaruh kertas tersebut di sela-sela buku, lalu ia mengambil buku kimianya dan mendekapnya.

Ketika Ayu menutup loker, ia terkesiap melihat Agam berdiri beberapa meter tak jauh darinya. Ujung jemarinya mendingin, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya. Setengah mati untuk bersikap seperti biasa, namun ia tak bisa menyembunyikan semburat merah yang muncul di kedua pipinya.

"Nah, gitu dong, Yu. Ada ekspresi dikit. Jangan datar-datar banget jadi orang," ujar Agam, sembari kakinya melangkah mendekat.

"Apaan sih," sahut Ayu yang justru menjauhkan dirinya pelan-pelan dari Agam. Matanya pun menghindari tatapan Agam.

"Ayu," panggil Agam.

Yang dipanggil tidak menjawab. Masih mencoba menetralisir debarannya.

"Kalo gue minta lo buat lanjutin tulis sticky notes lagi ke gue, gimana? Nggak usah setiap hari, Yu. Setiap Senin aja, biar gue semangat sekolah."

Ayu masih diam. Agam menghela napas.

"Daripada gue tahan berbulan-bulan buat nggak ngomong ke elo. Gue mau langsung aja," ucap Agam pelan. "Rayun, mau nggak jadi pacar gue?"

Ayu melonggarkan dekapan pada buku kimianya. Matanya perlahan menuju mata jernih milik Agam.

Kedua sudut bibir Agam tertarik ke atas. Ia tersenyum lembut. Membawa Ayu untuk ikut tersenyum.

"Ayu, lo tuh cantik. Sering-sering senyum ya buat gue."

(Sticky Notes: Selesai.)

*

A/N:

hHHhaaaAaa mau juga.

Kepingan: Prosa Tentang CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang