"Ini ruko yang aku maksud" kata Lara ketika kami berada di seberang kampus Ubaya.
"Belum sepenuhnya jadi....?" tanyaku
"Belum jadi semuanya, kurang lebih perlu 4 hingga 5 bulan lagi baru bisa selesai. Selama menunggu sampai selesai, aku mau kamu belajar memasak dan membuat dim sum. Bubur bukan menjadi satu-satunya makanan yang akan kita tawarkan."
"Berapa jumlah mahasiswa universitas ini?" tanyaku ingin tahu.
"Lebih 10 ribu aku kira, kampus ini memiliki 20 program study, jadi katakan kita menyerap 5 persennya saja, kita akan terlihat ramai setiap hari. Makanya kamu harus segera menyiapkan diri untuk melengkapi hidangan yang akan kita jual disini"
"Ruko ini jauh dari Kris Kencana, bagaimana kita akan pulang-pergi setiap hari" tanyaku penasaran.
"Dilantai 3 ada yang aku siapkan untuk apartemen kita."
"Kamu beli ruko ini?" tanyaku
"Aku meminjam uang papaku, dibelakang ruko ini masih ada lahan yang akan aku gunakan untuk membangun rumah kos."
"Rencananya ada berapa kamar?"
"Blom tahu, lihat kebutuhan nanti. Menurutmu bagaimana?"
"Lokasinya sangat bagus, tepat di depan sebuah keramaian. Tempat parkir yang luas dan sangat cocok untuk dijadikan tempat usaha kuliner. Banyak mahasiswa yang pastinya lapar setiap harinya. Disekeliling area ini ada banyak rumah kos, para penghuninya pasti perlu makan juga. Aku rasa ini pilihan tepat. Semua begitu mudah terlihat dan terukur secara perencanaanya. Kamu hutang berapa ke papamu?"
"Kamu tidak usah ikut berpikir, cukup tahu bahwa aku menggunakan uangnya papa untuk membeli property ini. Yang paling penting adalah kamu harus segera belajar menu-menu baru supaya bisa di jual disini."
"Aku rasa kita jangan fokus dengan Dimsum melulu, kita perlu menyiapkan makanan berat seperti Nasi rawon, nasi soto ayam, sate ayam atau sapi. Lontong sayur, lontong sate, tahu ketupat"
"Kenapa justru pilihan makanan yang kita jual makanan rumahan?"
"Aku juga seorang mahasiswa, teman-temanku justru suka makanan seperti itu. Jual dimsum mungkin bagus untuk waktu-waktu tertentu, tetapi bukan menjadi menu utama. Mahasiswa membutuhkan makanan yang berat supaya mereka bisa makan tetapi tidak terlalu banyak mengeluarkan uang."
"Kamu bisa memasak rawon yang enak?"
"Bisa.........antar aku ke pasar untuk membeli daging dan bahan lainnya. Aku masakkan rawon yang tak kalah dengan rawon dari restaurant manapun hahahaha" candaku pagi itu.
"Jangan sombong.........coba kamu bikin hari ini. Aku mau kirim ke mama dan papa. Apa komen papa dan mama dengan rasa rawon yang kamu buat" kata Lara.
"Okay.......!" kataku setuju. "KIta harus beli kecambah, daging sapi, telur asin, lombok dan Kluwek untuk membuat supnya, jeruk nipis, daun jeruk, serai, dan tulang rusuk sapi.
"Waaaah......kok banyak sekali?" teriak Lara saat aku mengatakan bahan-bahan yang harus aku beli.
"Kalau mau enak ya harus lengkap bahan-bahannya" kataku
"Ya sudah...aku buru-buru masuk kantor. Kamu nanti belanja di pasar sendiri ya?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku, aku antar Lara ke kantor terlebih dahulu sebelum akhirnya aku lanjutkan ke Pasar Genteng. Aku beli apa saja yang aku perlukan lalu membawanya pulang. Aku harus kuliah, dan kelas pertama dimulai jam 9:15 pagi.
Aku hampir terlambat masuk ke dalam kelas. Saat mobil yang aku pinjam dari Lara aku parkir di tepi jalan, teman-teman sedang berjalan masuk ke dalam kelas. Aku berlari menaiki tangga saat aku mengetahui dosen yang mengajar kuliah pagi berjalan menuju kelas.
YOU ARE READING
Sophia
Short StoryIni adalah cerita pengalaman pertama, pengalaman yang membuat banyak orang tak mudah lupa. Saat riak-riak birahi menyapu hati muda, mengenalkan deburan-deburan indah yang membuat hanyut bila tidak waspada. Kerelaan menyerahkan status keperawanan da...