🔞Chapter 10 | Kesetaraan dan Kesempurnaan🔞

251 12 4
                                    

🔞Chapter 10 | Kesetaraan dan Kesempurnaan🔞

"Kalian datang bersama" Valdi melihat kedatangan Lyn dan Arsene yang turun di mobil yang sama. Valdi juga baru saja turun dari mobil, tampaknya baru kembali dari pertemuan pentingnya.

"Yah, saya melihat Lyn di jalan" Arsene berjalan lebih dulu, meninggalkan Lyn yang masih berdiri di depan pintu mobilnya. Tangannya mengepal kuat dan bibirnya di gigit hingga tanpa sadar mengeluarkan darah.

"Tadi itu apa?" Lyn bergumam sambil mengusap bibirnya.

Aneh...

Sensasi aneh itu berbeda...

Apa tujuannya hanya seperti yang dia katakana?

"Perona bibirmu berantakan, mengganggu mata." Lyn masih mengingat perkataan pria itu sesaat sebelum ia mengakhiri tindakannya.

Tindakan semacam itu...

Rasanya aneh...

Lyn benar-benar tidak bisa menemukan kata lain selain kata aneh.

Tidak bisa ditemukan...

Terutama, saat Arsene memainkan lidah Lyn dengan ibu jarinya. Sensasi aneh itu terasa begitu mengusik.

Membekas...

Seolah meninggalkan jejak yang tidak bisa hilang.

Padahal seharusnya hatinya tengah berbunga karena hal lain saat ini. Namun Arsene malah menghapus jejak bunga dan menorehkan jejak lain yang mengusik.

Sementara itu, di ruang kerja Valdi, Arsene terlihat tidak fokus.

"Jarimu terasa sakit?" Valdi bertanya, melihat Arsene yang terus memandang jemarinya membuat ia menanyakan hal itu.

"Sedikit, kucing nakal yang saya pungut di pinggir jalan menggigit jemari saya." Valdi menopang dagunya. "Kau, memungut kucing? Orang sepertimu?" Valdi yang mengenal Arsene dengan baik tentu tahu bahwa ucapan pemuda itu tidak lebih dari sebuah bualan.

"Sudahlah, kita lanjutkan besok. Menginaplah, aku sudah meminta pelayan menyiapkan kamarmu." Arsene memiliki kamar sendiri di kediaman ini, meski ia sangat jarang memakainya. Bisa dihitung dengan jari berapa kali dia menggunakan kamar itu.

Bisanya dia akan menolak, bahkan meski pada akhirnya pulang dini hari.

"Baik." Valdi mengernyit keheranan meski tetap mengangguk kecil.

"Istirahatlah" ujarnya sebelum keluar dari ruangan itu.

Meninggalkan Arsene sendirian.

Memang demikian, bahkan Lyn dan Ayn tidak bisa masuk ke dalam ruangan itu sesuka hati, namun Arsene dibiarkan. Bakat dan kepribadian Arsene yang sesuai dengan kriteria Valdi mungkin menjadi alasannya.

Terutama, Valdi sendirilah yang memastikan Arsene siap membantu Ayn memimpin Nararya.

Arsene memperhatikan potret yang terpajang di ruangan itu. Hanya ada tiga orang dalam potret itu, Valdi sang kepala keluarga Caitlyn sang nyonya, dan Ayn sang pewaris.

Tidak ada satupun tempat dengan jejak Lyn di kediaman ini.

Arsene keluar dari ruangan itu, berjalan menuju lantai tiga dan berdiri di sebuah pintu yang diketahui siapa pemiliknya.

Selain dibalik pintu itu, tidak ada satupun jejak Lyn di kediaman besar ini.

"Orang buangan..."

"Pisau tumpul tanpa nominal..."

Arsene melirik tangannya dan melihat jemarinya.

Mengingat kembali sensasi lembut yang terasa nyaman dan hangat, nafas panas yang tersengal dan rona merah yang tertera jelas.

Blue: Beg Like a Pretty Blunt KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang