Chapter 14 | Lyn dan Tunangannya

96 9 3
                                    

Chapter 14 | Lyn dan Tunangannya

Setelah perdebatan kecil itu, Anne akhirnya pergi.

Meski keduanya bertikai, mereka tetap saling memeluk saat perpisahan datang. Arsene merasa kesal sendiri saat pelukan itu tidak kunjung dilepaskan.

Tidak ada perpisahan yang Anne sampaikan pada Arsene saat ia hendak pergi. Ia hanya meminta satu permohonan, padahal gadis itu tidak pernah memohon pada Arsene sebelumnya.

Setelah perpisahan yang tak kunjung usai akhirnya berakhir, Arsene akhirnya pergi bersama dengan Lyn. Gadis itu diam sambil menggigit bibirnya sampai berdarah, jelas ia menahan tangisannya.

Harga dirinya menolak menunjukan tangisan di depan Arsene.

Harga diri itu, Arsene semakin ingin merusaknya...

Setelah menurunkan Lyn si salah satu halte, atas permintaan Lyn, Arsene kembali melajukan mobilnya. Arsene mengingat kembali permohonan Anne sebelumnya.

Saat sebuah nomor memberikan sebuah lokasi. Arsene harus pergi ke tempat itu dalam kondisi apapun.

Arsene tidak memahami hal itu, ia tidak begitu peduli juga.

Namun rasa tidak nyaman mulai menyelimuti hatinya...

Nararya berhubungan sangat baik dengan keluarga dari pria yang akan menjadi suami Lyn di masa depan. Keluarga Padmana, keluarga yang bergerak di bidang konstruksi dan properti.

Saat itu, Arsene harus menggantikan Valdi menghadiri salah satu acara yang diadakan oleh perusahaan dari keluarga itu, ia datang bersama dengan Ayn dan Lyn. Raut wajah Lyn sudah tidak baik sejak ia memasuki mobil. Menggunakan limosin, Arsene dan Ayn yang sudah berada di dalam mobil melirik Lyn yang baru memasuki mobil. Gaun yang dikenakannya berwarna hitam dengan brokat pada bagian belahannya.

Belahan itu cukup rendah, cukup untuk melihat seberapa indah aset di balik gaun itu.

Tidak biasanya Lyn mengenakan pakaian yang lebih dewasa.

"Ahh selera Marlon yang seperti ini rupanya." Ayn bertopang dagu sambil memperhatikan gaun yang Lyn kenakan.

"Kukira kehebohan macam apa hingga membuatmu hampir membuang gaun pemberian tunanganmu sendiri." Ayn tersenyum manis, ia yang duduk di samping Arsene menyandarkan punggungnya sambil melirik Arsene.

"Jika berdandan lebih dewasa begini, bukankah adikku cantik?" Ayn bertanya setengah bergurau.

"Terlihat seperti anak-anak mencuri pakaian ibunya" timpal Arsene datar. Ayn tertawa keras mendengarnya, menepuk kedua tangannya dan melirik wajah Lyn yang memerah karena malu.

"Setidaknya berbohonglah dan katakan dia cantik. Bagaimanapun juga dia gadis dewasa sekarang. Ahh jahatnya..." Ayn mengeluarkan ponselnya dan memotret Lyn tanpa permisi.

"Sejujurnya wajah dan tubuh seperti ini biasanya disukai pria kan. Wajah manis dengan tubuh mungil rapuh yang pas dalam genggaman. Kau akan pulang malam ini?" Ayn bertanya seolah pertanyaannya bukanlah hal aneh.

"Tentu saja!!!" Lyn langsung memalingkan wajahnya. Enggan menatap kakak maupun tunangan sang kakak.

Arsene melirik Lyn yang terlihat kesal.

'Terlalu rendah...'

'Belahannya, membuatku terusik...'

'Aku lebih suka jika hanya aku yang melihat...'

Pesta itu terasa membosankan...

Pelelangan properti dilakukan dan menciptakan ritme antar konglomerat yang klise. Acara yang membuang waktu dan tenaga di mata Arsene.

Blue: Beg Like a Pretty Blunt KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang