Chapter 16 | Hujan dan Strawberry

104 8 11
                                    

Chapter 16 | Hujan dan Strawberry

"Sudah diurus, pemuda itu menerimanya." Seorang pria yang tidak Arsene kenal melapor pada Valdi. Memberikan berkas untuk pria itu periksa, sebelum ia mengangguk kecil dan membiarkan pria itu pergi.

"Sulit sekali mengatur anak satu itu." Valdi mengeluh, ia memijat pangkal hidungnya dengan lelah, melepaskan kacamatanya dan melirik Arsene yang ada di hadapannya.

"Ah, kau tidak perlu mengetahuinya, namun hampir saja kita kehilangan kesepakatan dengan Padmana."

"Acara pertunangan resmi antara Nararya dan Padmana sudah ditentukan, apa maksud Anda hampir kehilangan Padmana?" Arsene memasang wajah datar seolah ia tidak tertarik namun tetap merasa harus memahami maksud ucapan Valdi.

"Anak itu memiliki kekasih. Terlebih kekasihnya hanya pemuda miskin yang tergila-gila pada musik. Diberi uang receh saja dia menurut dan berjanji akan memutuskan hubungannya. Mengendalikan orang miskin memang tidak sulit, namun Marlon jelas sudah mengetahui persoalan ini. Aku sudah mengurusnya dengan tenang, jadi seharusnya tidak ada masalah." Arsene meletakan berkas lain di meja Valdi.

"Begitu rupanya" jawabnya dengan acuh.

Sedikit, Arsen menarik senyuman di bibirnya tipis.

"Ahh belum lagi ibuku mengatakan ada keluarga lain yang menginginkan jalinan kerja sama dengan Nararya. Aku dengar mereka sangat kaya, tapi aku masih menimangnya. Karena saat ini kita membutuhkan Padmana."

"Keluarga lain?" Arsene membeo kecil.

"Tidak usah dipikirkan, itu tidak begitu penting lagi sekarang." Valdi menghentikan perbincangan ini.

Arsene tidak ambil pusing...

Lalu beberapa hari setelahnya...

Arsenemenciptakan sebuah kebetulan...

Arsene semakin menarik sudut bibirnya, melihat bagaimana pria bernama Liam itu meninggalkan Lyn pergi. Lyn terlihat terguncang dan hendak mengejar pria itu, meski ia mengurungkan niatnya dan berakhir sendirian di taman itu sambil menunduk diam.

Benar...

Lyn tidak pernah menahan kepergian orang lain.

Bahkan kepergian Anne pun dilepaskannya dengan mudah.

Seseorang tanpa hasrat dan keserakahan untuk dirinya sendiri. Seseorang yang terlihat begitu penurut, padahal hanya tidak peduli pada apapun. Seseorang seperti itu, entah apa yang akan menarik perhatiannya.

Guyuran hujan yang lebat malam itu menambah suasana suram yang ada. Arsene hanya memperhatikan Lyn yang berjalan di pinggir jalan dalam keadaan basah kuyup.

Lalu, saat lampu jalanan menunjukan warna hijau dan Lyn masih menyebrangi jalanan, Arsene melajukan mobilnya. Lyn yang baru menyadari dimana dirinya berdiri, hanya bisa menutup mata dan mematung mendapati sorot lampu yang menyorotnya.

Lalu...

Pengemudi itu keluar, Lyn sudah siap menerima makian dari sang pengemudi. Sorot lampu yang begitu silau membuatnya kehilangan kesempatan untuk melihat siapa orang itu.

"Sedang apa?" Arsene bertanya, ia masih memegangi payung untuk dirinya sendiri, membiarkan Lyn terguyur hujan dan mengerjapkan matanya yang terasa perih.

Lyn memperhatikan payung biru dengan ornamen gladiolus berhias benang keemasan. Sangat cocok dengan sosok Arsene, seusai arti bunganya. Pikir Lyn saat melihat payung tersebut.

"Masuk" Arsene berbalik dan kembali memasuki mobil.

Lyn menurut dan berjalan menuju kursi belakang.

Blue: Beg Like a Pretty Blunt KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang