"paman mana?" tanya erza di meja makan saat tidak mendapati darel disana.
"paman mu masih dikamar mungkin, kenapa? jangan membuat masalah dengan paman mu" mila memberi peringatan pada putra nya.
"cihh... padahal kadang paman deluan yang memulai masalah mah" erza membela dirinya.
"sudah diam. cepat habiskan sarapan mu"
erza menatap mengejek pada mila, mengehentikan gerakan tangan nya saat darel mengambil duduk di samping kursi nya.
"darel, ini kopi yang tadi kau minta kaka buatkan" mila memberikan segelas kopi nya pada darel.
"terimaksih kak" darel memajukan tubuh nya untuk mengambil kopi dari mila, membuat nya hanya berjarak 1 cm dengan erza.
erza berpura mengabaikan paman nya, menoleh pada ayah nya yang tersenyum tanpa jelas.
"ayah kenapa?" tanya erza saat darel sudah pada posisi nya.
"apa? ayah hanya membaca koran" jawab heru santai.
"itu koran tentang pembunuhan, apa yang membuat ayah senyum. mahh lihat ayah seperti bermain gila di belakang mamah"
erza menoleh pada mila."biarkan saja dia, apa yang bisa dia lakukan tanpa mamah" ucap mila memakan sarapan nya.
"benar. pantang bagi keluarga ayah untuk bermain di belakang dari orang yang dia cintai" jawab heru mencoba tidak menatap putra nya.
"cihh... benarkah~~?" tanya erza menatap darel sekilas.
"eumm.. tanya paman mu, sejak awal ayah selalu bercerita tentang mamah mu, tidak tentang wanita lain"
erza menoleh pada darel lagi, menaruh tangan nya di atas dagu dan menatap darel sedikit lebih dekat.
"benarkah paman?" tanya erza mengedip-ngedip kan matanya.
"eumm... yang di katakan ayah mu benar" darel menatap balik pada erza, membuat erza dengan cepat mengalihkan pandangan nya dan menarik jauh diri nya.
"o-oohh... aku berangkat dulu mah, ayah"
"ayo sekalian. aku berangkat kak" ucap darel.
mengambil tas erza untuk dia bawa dan menyuruh anak itu berjalan di depan nya, membukakan pintu mobil dan menaruh tas erza di kursi belakang.
"paman tidak menjemput ibu veny?" tanya erza memakai seatbelt nya.
"tidak. dia sudah membeli mobil baru" jawab darel menyalakan mesin mobil.
"owwh... aku kira harus menjemput ibu veny dulu" jawab erza melirik kedepan.
"kenapa? mau kita jemput saja?" tanya darel sedikit mengejek.
"cih... setia dari man-- a-apa?" erza berucap gugup dengan darel yang menatap pada erza.
erza tidak bergerak ataupun melakukan pergerkan kecil, membiarkan darel mendekati wajah kedua nya dan dengan dia yang memejamkan mata nya saat darel mengecup pada bagian kening nya.
"anak kecil tidak boleh berpikiran buruk, bisa kita jalan?" ucap darel masih menatap pada erza.
"eumm bisaa" erza menoleh pada luar jendela, menepuk-nepuk pipi nya dan menurunkan kaca jendela mobil.
....
mobil yang di parkir luar halaman sekolah membuat erza harus turun lebih dulu, bukan karena alasan mereka adalah paman keponakan, tapi bagian parkir sekolah sedang di renovasi untuk di besarkan, itu alasan mobil para guru di parkir di luar halaman sekolah.