erza membuka mata tepat jarum jam menunjukkan pukul 02.00, melirik pada darel yang sedang tidur di samping nya dengan memeluk pinggang nya.
meringis pelan ketika ingin menggeser tubuh nya sedikit berjarak dengan darel, dan itu membuat yang lebih tua terbangun dari tidur nya.
"kenapa?" darel bertanya dengan memegang bahu erza.
"paman. a-aku mau ke toilet" ucap erza pelan.
"lalu?"
"p-pinggang ku--. ekhmm, pinggang ku su-sah maksud ku, sakit saat di gerakan"
darel mengangguk, melepaskan selimut yang menutup tubuh nya, membuat erza memalingkan wajah nya untuk tidak melihat darel yang mengambil celana pendek nya di lantai.
"paman mau kem-- aku belum memakai bajuku pam--. paman, nanti di lihat mama dan ayah"
"mereka akan sampai besok pagi"
ucap darel yang sudah menggendong tubuh erza untuk di bawa ke dalam kamar mandi, hanya dengan berlapis kan baju kaos milik nya di area paha erza.
"antar sampai dalam paman" ucap erza pelan.
"hnn?"
"k-karena, karena akan susah juga aku masuk kedalam mencuci area paha ku"
tanpa lagi basa-basi darel membawa tubuh erza untuk dia gendong ke dalam kamar mandi, membiarkan anak itu melepas baju yang menutup area bawah nya dan dengan dia yang bersandar di pintu.
"sudah tau penis nya tidak kecil, masih saja menghajar ku saat ku katakan berhenti"
dumelan itu dapat darel dengar, berjalan menuju erza yang berdiri di depan kaca yang sedang membersihkan diri.
"aku mendengarnya erza" ucapan darel membuat erza kaget dan memundurkan langkah nya.
membuat bagian belakang tubuh nya menabrak sesuatu di bagian depan tubuh darel.
"paman" erza memanggil pelan.
"hmm?" darel sama sekali tidak bergeser dari posisi nya.
"kenapa di jam seperti ini wajah paman terlihat lebih tampan"
erza dengan cepat menggigit bibir nya, berharap tidak salah dalam berucap.
"kau mau lihat wajah mu seperti apa jika dijam seperti ini?, coba lihat kaca di hadapan kita sekarang!" ucap darel tetap berdiri di tempat nya.
"hahh? ahkkk--"
belum ada otak erza mencerna ucapan darel sesuatu sudah dia rasakan masuk kedalam tubuh nya, memegang pada dua sisi westafel.
"lihat lah wajah mu erza"
suara berat darel dengan hentakan kuat pada area bokong nya membuat erza menggeleng pelan, menggigit bibir bawah nya ketika darel mengecup pada punggung nya.
"ahh ahh-- pamaannhh-- emhh"
hentakan demi hentakan membuat erza sama sekali tidak bisa melihat wajah nya, memegang tangan darel yang melingkar di area perut nya.
bunyi dua tubuh yang saling bertabrkan terdengar jelas di kamar mandi itu, erza melebar kan kaki nya di saat hentakan yang darel berikan makin kuat.
"lihat--, lihat cantik nya wajah mu di jam seperti ini erzaa"
darel berbisik dengan mengehentikan gerakan nya, mengangkat pelan kepala erza agar menatap pada cermin di depan mereka.
dan yang erza lihat bukan lah wajah nya, melainkan wajah darel yang justru terlihat lebih tampan dengan keringat yang sudah memenuhi wajah paman nya itu.