DE 19

6K 336 20
                                    

sebelum masuk kedalam ruangan direktur darel menyempatkan untuk menelpon veny, bukan nya apa, mungkin di dalam nanti pembicaraan akan sedikit tegang karena adanya pertentangan dia dan pemilik rumah sakit.

"apa darel?" suara dari sebrang menjawab panggilan darel.

"veny, bisa kau ke rumah sakit? akan ku kirim alamat nya, aku tadi menyuruh erza kesini tapi aku lupa harus menemui direktur rumah sakit, aku takut nya nanti sesuatu terjadi padanya saat aku di ruangan"

"kenapa? dia kan tinggal bilang kalau mau ketemu pamannya"

"ada dokter wanita yang mencoba mendekat padaku, makanya ku katakan dia adalah orang spesial ku"

"oke.. kirimkan alamatnya... biarkan ku habis wanita sialan itu"

telpon nya di matikan, dengan cepat mengirim pesan pada veny, mematikan nada handphone nya saat veny sudah memberi reaksi pada pesan yang dia kirim.

...

di sekolah veny langsung merapikan meja nya, berjalan menuju mobil dan berhenti untuk memikirkan sesuatu.

"tunggu--.. tapi aura-aura nya lara bukanlah aura yang menyukai darel, dia hanya tidak suka erza menyukai kekasih nya"

berjalan menuju gudang yang dia tau tempat itu sudah di jadikan markas untuk erza dan teman-teman nya.

braakk...

"i-ibu?" kevin mendorong cepat tubuh jun di atas meja yang duduk membekali nya.

"mana lara?" veny melirik, mendapati lara dengan handphone nya menonton drama berbantal kan paha edo.

"lara kemari" panggil veny dengan gerakan tangan nya.

"ada apa bu?" masih berusaha sopan pada guru muda itu.

"kau suka pada darel?" tanya veny todepoin.

"yaa? kekasih ku ada disana, jika dia mendengar dan salah paham bagaimana?"

"lalu kenapa kau selalu dekat pada darel?"

"hanya setiap ada erza bu, aku hanya tidak mau dia suka pada kekasih ku" ucap lara bersandar di dinding.

"kau tau hubungan erza dan darel?" tanya veny memastikan.

"lebih tepatnya perasaan dokter darel, bahkan hanya dari tarikan nafas nya saat berada dekat erza saja sudah ketahuan dokter muda itu menyukai keponakan nya"

"bagus.. ikut aku"

"yaa? kemana?" tany lara bingung.

"kau setuju erza dengan darel, atau darel yang di sukai wanita lain dan membuat kekasih mu jadi pelarian saat erza sedih?"

"yaa sudah ayoo.. tunggu apa lagi?, mau kemana bu?" bahkan kini lara yang berada di depan tubuh veny.

...

kedua nya yang sampai di rumah sakit mendengar dengan baik perkataan para dokter dan suster itu, dan veny jadi tau dokter mana yang tadi darel maksud.

"ibu veny, ka lara?" tubuh nya di putar oleh lara agar kembali menghadap pada ketiga wanita di depan sana.

veny maju selangkah, namun dengan cepat di tahan oleh lara dengan anak itu yang berjalan menuju ketiga pegawai rumah sakit itu.

"kalian tau ruangan dokter darel?" tanya lara menatap tajam ketiga nya secara bergantian.

"ada yang bisa ku bantu?" ucap sinta seolah menyombongkan diri nya.

"haruskah ku robek mulut wanita ini" lara berbicara pelan seorang diri.

𝗗 & 𝗘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang