"Dear Bang Seongwoo~~"
"Titip Sunwoo ya, semua keperluannya sudah di masukan ke dalam tas, sama uang saku selama seminggu."
Ttd. Park Jihoon.
Seongwoo masih terdiam, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi pada hidupnya.
"Anjir, mau kemana dah?"
Daniel yang lagi sibuk beres-beres sambil nyanyi lagu Nayana bareng bang Minhyun ikutan kaget pas lihat ada bayi yang lagi senyum ke arah dia.
Ekspresi yang terkesan dramatis itu dia dapatkan setelah menonton drama Waikiki, berharap kalau drama percebokan itu tidak menular padanya.
"Anak siapa anjir? Lu buntingin sapa, Ong?"
Suara haram itu keluar dari mulut Jisung yang lari dari dapur sambil bawa sodet persis kayak emak-emak yang mau cari bahan gosip buat nanti pagi pas kumpul di tukang sayur.
"Mukanya gak asing ya?" Tanya Minhyun ikut bodoh.
Ya Tuhan, ini kalau sampai batas kesabaran Seongwoo sudah di ambang kematian, dia mungkin sudah menumbalkan seluruh temannya kayak film horror yang baru saja dia tonton.
"Kek Jihoon anjir, gak mungkin anak Seongwoo, kalau anak Seongwoo mah dah pasti buluk kayak bapaknya."
"Istighfar lo! Gitu-gitu dia idaman wanita!"
"Wanita tanah Jahannam"
Sialan!
—Papa Muda—
Jihoon yang lagi sibuk di kantornya harus tega menitipkan anaknya pada tetangga.
Rumah sebelah yang kini di isi oleh anak Wanna One lainnya akan membuat seisi kompleks semakin ramai.
"Lo bisa gak sih jalan pakai mata!"
"Pakai kaki, Goblok!" Solot Jihoon pada lelaki yang terlihat lebih tua darinya itu.
"Umur gak menjamin ya."
"Ya iya anjir! Yang menjamin mah asuransi jiwa!" Balas pria itu langsung melengos.
Jihoon berdecak, sejak dulu memang tak pernah berubah.
Diambilnya berkas yang berserakan di lantai.
Tatapannya kini beralih setelah melihat tangan perempuan yang kini membantunya, "Maafin Hanbin ya." Ucapnya ramah.
Jihoon mengangguk lemah, dirinya akan kembali terlihat bodoh jika sudah berhadapan dengan wanita ini.
Suasana yang hening setelah wanita itu pergi mampu membuat Tiga Sekonyol yang baru saja datang menatap ke arah Jihoon iba.
"Bisa dijadikan konten bersyukur nih."
Guanlin mengangguk seraya mengambil ponsel iPhone kebanggannya, "Hidup lagi capek-capek nya, malah lihat orang yang lagi capek-capek move on malah ketemu lagi mantan."
Jihoon berdecak, persetan, dia harus membuktikan pada dunia kalau dia sudah move on.
"Lo kenapa ada di kampus kita, Bang?" Tanya mereka kebingungan.
Jadwal yang padat diantara Tiga Sekonyol kali ini tak mampu untuk mereka berkumpul bersama hanya untuk makan, jadi Jihoon sengaja kesini untuk membawa makanan sekaligus ingin memberitahukan kepada mereka agar menjaga dirinya baik-baik.
"Lo mau kemana emang?"
"Umroh!"
Ketiganya kompak terdiam, masih saja tak percaya pada ucapan Jihoon.
Lalu setelahnya, Jihoon menunjukan selembar kertas pada Tiga Sekonyol.
Dibacanya kertas itu.
"Anjir! Ini siapa yang ngatur jadwal kayak gini?"
"Kasihan Sunwoo, masih kecil sudah digilir."
"Hah?" Tanya Guanlin bingung.
Daehwi menepuk jidatnya pelan, "Pengasuhnya maksudnya, otak lu kenapa sih, Lin!"
—Papa Muda—
"Jihoon seriusan umroh?" Tanya Daniel yang lagi sibuk ngasih makan kucing di selingi dengan ngasih makan Sunwoo.
Ngeri kalau-kalau Daniel salah kasih makan.
Direbutnya mangkok berisi bubur dari tangan Daniel oleh Seongwoo.
"Bener kali, biar kalau dia ngomong lo semua bisa percaya!"
Jokes itu keluar dari mulut Woojin yang kini sibuk ngajakin burung Beo Seongwoo yang dia bawa ke dalam ruang tamu bersama mereka.
Jisung memukul pelan bahu Woojin, "Lu bawa keluar itu burung, atau burung lo gue potong!"
Ancaman mengerikan itu tak lantas membuat Woojin takut, lelaki itu justru semakin membuat semua orang berisik saat menunjukkan burung kepunyaannya.
Keributan itu terjadi karena, Lalisa, burung miliknya terbang.
Semua orang kini sibuk untuk membantu Woojin.
Di ujung sana, hanya ada Guanlin yang masih sibuk mengedit video kontennya menggunakan capcut.
—Papa Muda—
📞 Bang lo bisa datang ke markas gak?
📞Ngapain?
📞 Pasangin gas, gue gak bisa!!
Daehwi cuma bisa nutupin telinga, berdoa di dalam hatinya untuk keselamatan jiwanya yang dalam bahaya.
Suara yang keluar dari kompor gas itu berbeda.
Ada suara-suara soundtrack sebab Daehwi mencoba memasang tabung gas itu sambil mendengarkan lagu Dawai.
"Gimana sih lo! Masang gas doang gak bisa!" Celoteh Jisung setengah panik waktu lihat Daehwi yang hampir nangis.
"Ya gimana dong, Bang. Selama ini kan gue hidup enak, gak kayak lo! Gue mah biasa makan tinggal makan, berak tinggal berak!"
"Bacot lo merendahkan, gue copot lagi nih tabung gas!"
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Muda - Park Jihoon
Humor"Coba aja kalo istri bisa di pilih kaya barang di online shop, terus yang bisa di pilih sekelas IU diriku gak akan mikir panjang deh."