--Happy reading--
🌸🌸🌸
Draco hanya berguling-guling di kasurnya sampai menjelang pagi, tidak bisa berhenti memikirkan Luna Lovegood dan putranya. Ia akhirnya menyerah, memberitahu sekretarisnya bahwa hari ini ia tidak akan ke kantor, kemudian sarapan roti panggang dan teh seperti biasanya, dan ber-apparate ke tempat yang sama yang ia datangi pada hari sebelumnya.
Alih-alih berjalan lurus ke pintu depan rumah Luna, Draco malah melewati hutan dan sampai ke bagian belakang rumah gadis itu. Luna dan putranya terlihat sudah bangun, berpakaian bersih, selesai sarapan, dan beres-beres setelahnya. Draco memelankan langkah kakinya dan bersembunyi di balik pepohonan, memperhatikan Luna dan bocah laki-laki itu keluar rumah.
"Jangan bermain terlalu jauh. Nargles mungkin akan menculikmu." Luna tersenyum sayang pada putranya.
"Tidak, Mummy." Lorcan menggelengkan kepalanya dan balas tersenyum.
Draco harus mengakui, saudara laki-lakinya itu cukup tampan.
Luna tampak sibuk memetik jenis sayuran yang tidak dikenali Draco, sementara putranya bermain di kotak pasir, membuat bukit dan menghancurkannya dengan peralatan dapur bekas dan mengangkut pasir dari satu tempat ke tempat lain menggunakan mainan truk muggle plastik. Bocah itu bermain selama lebih dari satu jam, mengeluarkan suara-suara random ketika truknya terguling atau menghancurkan bukit pasirnya, sementara Luna bekerja tanpa suara, beberapa kali mendongak untuk melihat putranya.
Akhirnya, bocah laki-laki itu berdiri. "Mummy, aku mau minum."
"Oke." jawab Luna kembali.
Bocah itu masuk ke dalam rumah dan kembali dengan membawa dua gelas air. Ia membawa satu untuk ibunya.
"Terima kasih, sayang." Luna berhenti sejenak dan meminum airnya sampai habis, kemudian meletakkan gelas kosong di samping keranjang sayurannya yang terisi dengan cepat.
Lorcan berjalan menjauh, menuju pepohonan, tepat dimana Draco bersembunyi. Draco mundur perlahan, berharap ia bisa menjauh dari sana sehingga ia bisa ber-disapparate tanpa terdengar.
Namun bocah itu kini berdiri di depan Draco. "Mister, kenapa kau memperhatikan kami?"
Draco buru-buru melontarkan mantra peredam, berharap Luna tidak mendengarnya. "Aku penasaran denganmu."
Begitu Draco mengucapkan kata-kata itu, ia mengira bocah itu akan bertanya apa arti penasaran. Tapi sebaliknya, Lorcan memiringkan kepalanya dan bertanya, "Kenapa?"
Draco terdiam, tidak yakin dengan jawabannya sendiri. "Karena saat aku melihatmu kemarin, aku ingin tahu lebih banyak tentangmu."
"Oh, oke." Bocah itu mengangguk seolah ia mengerti, ia lalu mengangkat gelasnya. "Mau air?"
"Terima kasih." Draco mengambil gelas itu dan meminumnya beberapa teguk. "Apa ibumu tidak mengizinkanmu minum butterbeer?"
"Apa itu?" Bocah laki-laki itu mengerutkan kening.
"Itu sejenis minuman manis." jelas Draco, sedikit mengernyit dan mengembalikan gelas bocah itu. "Terima kasih."
"Sama-sama. Kadang-kadang kami minum jus saat ada, dan susu, dan kadang-kadang kami minum teh saat ada tamu." Bocah itu kemudian meminum sisa air di gelasnya, membuat Draco meringis saat memikirkan kuman-kuman di sana. "Papa Arter pernah memberiku minuman, warnanya gelap dan bergelembung dan membuat hidungku geli."
Draco hanya mengangguk.
"Apa kau seorang muggle?" tanya bocah itu sambil menyipitkan mata ke arah Draco.
KAMU SEDANG MEMBACA
A New Malfoy | Druna | END✔
Fanfic[LENGKAP] Empat tahun setelah peperangan, Draco Malfoy menemukan dirinya memiliki saudara berusia tiga setengah tahun dan belajar apa itu menjadi keluarga. 🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸 Draco Malfoy x Luna Lovegood [ D R U N A ]