04. Facade

1.2K 51 2
                                    

CW//kissing


*****

*flashback on*

Minghao berusaha tidur di tengah demamnya. Ia menarik selimutnya lagi untuk menghangatkan dirinya. Tubuhnya terasa panas, namun disaat bersamaan ia merasa kedinginan; kepalanya terasa nyeri berdenyut; tubuhnya serasa ngilu seluruhnya, terlebih lengan dan pahanya. Ia memejamkan matanya, berharap obat yang diminumnya segera bekerja. Ia masih belum bisa tidur, ditambah lagi karena keberadaan Mingyu di sampingnya. Mingyu duduk di kursi belajarnya yang ada di samping ranjang, tak henti memperhatikannya. Bagaimana Minghao bisa tidur?

"Susah tidur ya, Hao?" Yap benar, jadi mengapa Mingyu tetap di situ?

"Emmm, lo lanjutin aja ngerjain tugas — besok dah dikumpul kan?" Ucap Minghao pada Mingyu dengan suara lemah. Minghao kembali membuka matanya, menatap Mingyu yang tak juga pergi — melanjutkan laporan praktikum yang menumpuk — .

Mingyu meletakkan telapak tangannya pada dahi Minghao. Rasa dingin dari tangan Mingyu, membuat Minghao terpejam nyaman. Suhu tubuh Minghao masih belum turun meskipun telah meminum obat antipiretik atau obat penurun demam. Mingyu kembali menggunakan termometernya untuk mengecek suhu tubuh Minghao.

"Gue cek lagi ya Hao.... Angkat dulu ketiak lo."

"Eemmm...." Minghao berdeham lemah.

Mingyu menyelipkan termometer itu pada ketiak Minghao, lalu setelah beberapa saat ia mendapatkan hasilnya. 38,7 derajat celcius. Mingyu memutuskan untuk mengompres Minghao, supaya suhu tubuh Minghao segera turun.

Mingyu berdiri meninggalkan kamar, lalu datang dengan sebaskom air dan sebuah handuk kecil. Ia basahi handuk itu, memerasnya lalu meletakkannya di dahi Minghao. Setelah beberapa saat, ia membasahi handuk itu lagi.

Tanpa mengeluarkan kata-kata, Mingyu melakukan itu berulang kali, hingga suhu tubuh Minghao menurun. Ia juga membawa tugas laporan praktikumnya ke kamar Minghao. Ia akan mengerjakannya hingga pagi sambil merawat Minghao yang sedang sakit.

"Cepet sembuh, Hao..."

Entah kapan Minghao mulai terlelap, ia bisa nyaman tertidur karena Mingyu merawatnya dengan sangat baik. 

Namun yang terlihat di mata Mingyu, sahabatnya itu tertidur dengan menahan rasa sakitnya. Minghao terus mengkerutkan kening seakan tidak nyenyak tertidur, dan Mingyu di sana hanya bisa berharap rasa sakit Minghao segera mereda.

Jarum jam menunjuk pada angka dua, Mingyu mulai merasa kepalanya nyeri seperti diikat. Laporan praktikum patologi klinik miliknya masih ia kerjakan sampai bagian hasil dan pembahasan. Mingyu pun berhenti sejenak dari kegiatannya mengerjakan laporan praktikum. Ia menghampiri Minghao lagi, membasahi handuk dan menaruhnya kembali pada kening Minghao.

Mingyu mengamati Minghao lekat, ia mengusap lembut alis Minghao.

Minghao mulai bergumam lirih, "sakit... hhmmm...."

"Masih sakit Hao?"

Mata Minghao perlahan terbuka, "iya Gyu, sakit...."

Mingyu menatap Minghao sayu. Pandangan Mingyu kemudian fokus pada bibir yang mengucap sakit itu.

"Lo tau Hao, ciuman punya efek pereda nyeri sepuluh kali lebih kuat dibanding morfin*...." 

Wajah Mingyu kini sudah mendekat hingga nafasnya menerpa wajah Minghao. Dan akhirnya bibir keduanya bertemu. Mingyu mulai melumat bibir tebal milik Minghao. Lembut dan tidak menuntut.

Bad Habit - Cheolhao / GyuhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang