Chap 1

270 22 2
                                    




Lingkungan kumuh itu adalah tempat yang senyap, tidak peduli seberapa kencang kamu berteriak, ngga akan ada orang yang datang. Lagi pula, siapa yang mau tinggal di lingkungan kumuh seperti ini? sekalipun ada, mereka tidak akan ingin mencampuri urusan orang lain.

Jun sang rentenir hanya duduk di sofa yang nampak lusuh karena termakan waktu, dia menghela nafas dan mengembuskan asap rokok dari mulutnya selagi anak buahnya menghajar pemilik rumah. Mereka ada disana untuk menagih hutang yang tak kunjung di bayar.

"Pak Jun, tolong beri kami waktu untuk membayar hutang kami, saya yakin suami saya akan membayar hutang, tapi kami perlu waktu pak!"

Wanita paruh baya itu memohon untuk suaminya, dia menangis dan berlutut dihadapan Jun untuk mendapatkan simpatinya.

"kasihan anak kami, dia masih kecil dan masih perlu dukungan orangtuanya"

Jun hanya memutar matanya saat mendengar ucapan wanita itu, dia pikir itu hal yang sangat kotor untuk menjadikan anak sebagai alasan dalam urusan mereka. 'ha, itulah mengapa kamu sebaiknya gak usah punya anak jika kamu masih miskin,' itulah hal yang tersemat dalam pikirannya saat mendengar rengekan yang memohon ampunannya itu.

"maaf, bu, tapi itu bukan urusan saya. Saya disini untuk menagih hutang, bukan mendengar cerita sedih keluarga miskin kamu"

Jun melempar puntung rokoknya ke lantai, dia merasa bosan, ini selalu terjadi setiap kali dia menagih hutang. Dia tak mengerti kenapa masih ada orang orang yang berpikir mereka bisa mendapatkan simpatinya dengan memberikan kisah sedih padanya. Mereka harus tau, Jun bukanlah orang baik yang akan meleleh saat mendengar cerita memprihatinkan.

Pandangannya berhenti pada sebuah pigura foto keluarga yang ada di dinding, dia mengambilnya dan memandang sang anak dalam foto itu.

"hmm...kalian nampak jauh lebih tua sekarang, si boy ini harusnya sudah dewasa sekarang. dimana dia sekarang?"

Jun menaruh kembali figura itu di tempat sebelumnya, dia kemudian duduk di sofa butut itu dan menatap wanita paruh baya itu.

"itu-"

Pintu tiba tiba terbuka dan menyita perhatian semua orang. Jun dapat melihat sosok anak kecil di figura itu, dia adalah seorang anak sma sekarang. Vincent Gerraldy, cowok remaja itu menatap Jun sekilas, dia nampak tidak terbiasa untuk menatap seseorang di matanya, dia hanya mengalihkan pandangannya dan menatap ibunya, mengabaikan ayahnya yang tersungkur di lantai dengan wajah babak belurnya.

"itu mobil siapa bu?"

"uh...Vincent, nak, sebaiknya kamu ke kamar sekarang ya? ini tamu ibu dan papah, kami lagi ngomongin masalah orang dewasa, kamu ke kamar kamu dulu aja ya" ibunya berkata dengan senyum yang dipaksakan, Vincent bisa merasakannya, sesuatu yang aneh, tapi dia memutuskan untuk mengabaikan itu.

"iya bu"

"tunggu, boy, ayo kita ngobrol sebentar"

Jun berdiri dari duduknya, dia terkekeh dan melangkah mendekat pada Vincent. Ayah dan ibunya nampak terkejut melihat itu, sedangkan Vincent hanya melirik Jun sekilas dengan ekspresi jijik diwajahnya.

"Pak Jun, ini kan urusan kita, jangan libatkan anak kami dalam urusan ini pak" Ayah Vincent berkata sambil meringis pelan karena memar di wajahnya, dia berdiri dibantu istrinya, dia tak ingin Vincent, putra satu satunya memiliki urusan dengan Jun.

Namun Jun mengabaikan itu, dia semakin dekat dengan Vincent dan menarik lengannya.

"200 juta akan saya anggap lunas, tapi saya akan membawa si little boy ini, penawaran yang menarik kan?"

(To Be Continue)

TebirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang