Vincent terengah engah setelah Jun terus memukulinya, dia ngga mengerti kenapa Jun begitu marah hanya karena dia ingin mengunjungi orang tuanya. Itu seperti Jun menjadi orang lain, Vincent merasa takut dan hanya bisa menunduk sambil menahan sakit di punggungnya saat Jun menendangnya ke lantai.
"Vincent, lihat saya."
Dia bisa mendengar suara dari sabuk Jun saat dia melepas sabuk itu dari pinggangnya, matanya melebar saat melihat apa yang Jun lakukan.
"hah? Jun...lo mau ngapain bangsat?!"
Vincent meneriakinya, dia menjadi panik dan mencoba kabur dari ruangan itu. Sungguh, apa yang Vincent lihat sekarang terasa lebih mengerikan daripada semua tinju yang Jun layangkan padanya barusan. Saat melihat Vincent panik, Jun terkekeh dan menarik kerah kemejanya dari belakang, dia menyeretnya ke tempat tidur dan menduduki perutnya agar Vincent tidak kabur.
"shh...tenang, Vincent, apa yang bikin kamu takut?"
Jun berkata dengan tenang seakan mencemoohnya, dia tersenyum miring dan membelai pipi Vincent dengan sayang seakan dia ngga pernah memukuli dia sebelumnya. Sentuhan yang Vincent terima membuatnya merasakan banyak emosi dalam waktu yang sama, dia merasa ngga nyaman, takut, marah, dan jijik. Sebagai seorang laki-laki straight semua sentuhan Jun padanya terasa begitu asing, Vincent merasa ngeri dan terus berusaha menjauh dari sentuhan Jun.
"Jun, gua serius, lu mau ngapain? berhenti gak...!"
Bukannya berhenti, Jun malah melayangkan sebuah tamparan di pipi Vincent, Jun terkekeh dan menggeser duduknya ke dadanya. Hal itu membuat Vincent semakin histeris dan berteriak padanya agar menjauh.
"heh...berhenti teriak, Vincent, kamu bukan anak kecil."
Saat Vincent akan meneriakinya lagi Jun langsung menduduki wajahnya tanpa ragu, ruangan itu menjadi begitu hening dan hanya terdengar suara helaan nafas berat Jun saat dia mendesah pelan. Anak laki laki malang itu begitu kebingungan dan kaget hingga dia ngga mengatakan apapun, itu seperti seluruh tubuhnya membatu saat Jun tiba tiba menduduki wajahnya.
"Jilat, jangan diem aja."
Jun berkata dengan nada kesalnya karena Vincent hanya diam membatu, dia ngga mendapatkan respon dan ahirnya bangun dari tempatnya. Jun menatap Vincent yang nampak trauma dengan apa yang baru saja terjadi dan tertawa seakan itu bukan masalah besar.
"what a cute face we got here...my sweet lil boy~"
Jun menggodanya, namun kemudian perhatiannya teralihkan pada suara notifikasi ponselnya. Sekertarisnya menelpon dan berkata dia punya pekerjaan penting untuk dilakukan sekarang, Jun mendengus kesal, dia kemudian melempar ponselnya dan mengusap dahi Vincent.
"sayang sekali kita cuma bisa sampai disini, sweet boy, tapi jangan khawatir...saya akan kembali lagi dan kita bisa menyelesaikan apa yang belum selesai,"
Jun berbisik di telinga Vincent dengan nada genitnya, Vincent yang mendengar itu hanya bisa meringis pelan dan melarikan diri keluar dari kamar Jun.
TBC~
Note : Sowryy bangt kalo chap ini kek cringe bngt hahhwahhawhaw, ini pertama kalinya aq nulis cerita yang ada snu snu nya (hwhwh maloe), kek....aq tu kurang suka gitu buat nulis suara suara yang kek efek desahannya, kek...gakuat bngt gweh anj itu sngat amat cringe buatku kalo buat tulisan (kalo komik beda lagi yahaha), jadi paling aq bakal skip yang begitu begitu nya, hehe, thank you guys buat yang udah baca dan komen sejauh ini, alefyuu.
Kukasih bonus art Juncent hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Tebir
RomanceSemua kebaikan yang Jun berikan di awal adalah jebakan, Vincent tau, semua hal baik itu terlalu bagus untuk menjadi nyata, seharusnya dia lebih hati hati dan ngga terjatuh dalam jebakannya. Tapi disinilah dia sekarang, terjebak dalam genggaman Jun s...