Jun memperhatikan Vincent saat dia tidur di kamar yang telah dia sediakan, dia tersenyum tipis dan menyingkirkan rambut di dahi Vincent hingga dia bisa melihat wajahnya lebih jelas. Vincent memiliki kulit yang pucat, hidung mancung dan kantung mata, itu terlihat seperti dia memiliki masalah tidur yang cukup serius.
"what a waste...apa yang bikin kamu susah tidur? bingung besok makan apa?"
Jun berbicara seakan dia sedang mengejeknya, dia tersenyum miring dan merebahkan dirinya disamping Vincent yang nampak lelap dalam tidurnya.
"kamu gaperlu bingung lagi, mulai sekarang semuanya saya yang urus, ngga ada yang perlu menderita lagi, heh..."
dia terkekeh setelah mengatakan itu, Jun memeluk Vincent dan mencium rahangnya, namun kemudian Jun segera menghentikan dirinya, nafasnya sedikit terengah saat dia menutup mulut untuk menahan tawanya.
"jangan jadi bajingan, ayo tunggu sampai dia bangun"
Jun bergumam pada dirinya sendiri, itu jelas bahwa dia menahan dirinya sendiri untuk ngga melakukan hal lebih jauh dengan Vincent, dia benar-benar ngga terlihat seperti orang waras. Jun ahirnya hanya menggenggam tangan Vincent dan ngga berhenti memandanginya seakan dia takut Vincent akan menghilang jika dia mengalihkan pandangannya.
(****)
Bunyi alarm di jam 6 pagi itu membangunkan Vincent dari tidurnya, dia menguap dan merengut saat lengan kanannya terasa kesemutan. Vincent bisa merasakan hawa dingin turun ke punggungnya saat dia menemukan Jun tidur di lengannya, dia berada dalam kebingungan, haruskah dia mendorongnya? tapi bagaimana jika dia marah? Vincent menghela nafas dan menarik pelan lengannya, sepelan mungkin agar dia ngga mengganggu tidur Jun.
Cowok yang lebih muda itu nampak bertanya tanya mengapa Jun tidur di kamarnya-ya walaupun ini adalah rumah Jun, tapi tetap saja ruangan ini seharusnya adalah ruangan pribadi milik Vincent. Dia hanya menghela nafas dan mencoba berpikir positif sejak Jun telah menunjukan kebaikan padanya.
Saat Vincent menarik lengannya, Jun langsung bangun dari tidurnya, seakan dia ngga pernah tidur sama sekali. Dia menggenggam pergelangan tangan Vincent dan tersenyum tipis padanya.
"hey...good morning my little Vincent~"
Jun berkata dengan nada genit, dia mengedipkan sebelah matanya dan itu berhasil membuat Vincent merinding. Vincent hanya mengalihkan pandangannya dan mencoba untuk ngga memaki Jun yang bertingkah aneh.
"ugh...pagi, Jun"
Vincent berkata sekenanya, dia kemudian menarik kembali lengannya dan menggerakannya untuk menghilangkan sensasi kesemutannya.
"Vincent, kamu ngga keberatan kan saya tidur disini?"
Jun duduk dan menyisir rambutnya ke belakang dengan jarinya, dia kemudian menatap Vincent lagi dengan senyum anehnya seperti biasa.
"ngga, lagian ini kan rumah lu, jadi lu bebas mau dimana aja"
Jun nampak puas dengan jawaban Vincent, dia kemudian menepuk kepala Vincent dengan gemas, mengacak rambutnya.
"you got the point, lil boy~"
Vincent hanya mencoba tersenyum walaupun senyumnya nampak canggung dan kaku, itu karena dia ngga pernah suka pada sentuhan fisik, tapi ngga ada yang bisa dia lakukan untuk mencegah Jun menyentuhnya.
"oh, ini hampir jam 7, kenapa kita ngga sarapan dan kamu bisa berangkat sekolah, ayo, Vincent"
Jun bangun dari tempat tidur, dia menghampiri cermin dan mulai mengikat rambutnya. Sedangkan Vincent? dia nampak sangat terkejut, dia ngga percaya Jun masih membiarkan dia untuk sekolah bahkan disaat mereka dalam situasi seperti ini.
'Mungkin, mungkin Jun memang orang baik'
Tbc
(Bonus Art sih Jun! blio ini emang uke ugal ugalan ges, reminder aja kalo disini top nya si dedeck Vincent <3)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tebir
RomanceSemua kebaikan yang Jun berikan di awal adalah jebakan, Vincent tau, semua hal baik itu terlalu bagus untuk menjadi nyata, seharusnya dia lebih hati hati dan ngga terjatuh dalam jebakannya. Tapi disinilah dia sekarang, terjebak dalam genggaman Jun s...