Chap 8

151 11 3
                                    

Jan lupa vote dulu bbg<3



















.
.
.











Vincent menarik nafas dalam, dia mengurung diri di kamar mandi dan duduk di toilet sambil merenungi nasibnya. Dia merengut dan meremas lututnya saat dia mengingat apa yang terjadi padanya. Apa yang terjadi di antara Jun dan Vincent.

Rasa pedih di punggungnya juga memperburuk keadaan, dia jadi makin susah untuk melupakan pengalaman mimpi buruknya itu. Vincent, seorang cowok straight, telah melakukan sex dengan Jun. Walaupun Vincent adalah top-nya, tetap saja itu adalah pelecehan seksual karena Jun memaksa dia melakukannya tanpa persetujuan Vincent.

Belum lagi kematian kedua orang tuanya yang baru Vincent ketahui sekarang membuat dia lebih tertekan lagi, Vincent merasa sendirian.

Jun, orang yang dia pikir orang baik dan bisa dia percaya, ternyata adalah orang yang menghancurkan hidupnya. Betapa mengecewakan.

Dia tersadar dari lamunannya ketika lulutnya mulai berdarah karena kukunya terus menggaruk kulitnya, Vincent mendesis pelan dan mengalihkan pandangannya ke cermin.

Bu, kenapa harus begini? Pikir Vincent.

Dia berdiri dan bersandar ke westafel sambil menatap memar kemerahan di lehernya dengan jijik, mencoba menggosoknya untuk menghilangkannya. Tapi itu ngga pernah hilang.

"My sweet boy~"

Terdengar suara langkah kaki dan knop pintu yang dibuka, Jun memasuki kamar mandi dan melihat bagaimana Vincent mencoba menghilangkan memar di kulitnya.

"Oh, saya pikir kamu nyoba bunuh diri, hmm...saya tau, kamu terlalu penakut bahkan buat bunuh diri,"

Jun terkekeh saat dia menutup pintu dan menghampiri Vincent. Cowok yang lebih muda itu tersentak saat melihat Jun masuk ke dalam kamar mandi yang sedang dia gunakan, dia merengut dan mencoba mengabaikan Jun.

"Lo tuh ngga tau yang namanya privasi ya?"

Vincent berkata sambil memakai kemejanya dan menatap ke arah lain. Dia ngga ingin melihat Jun untuk saat ini.

"Ayolah, kamu ngasih tau saya bahwa kamu ngga suka ketika saya datang? Apa kamu gak tahu betapa saya peduli sama kamu?"


Jun terkekeh dan perlahan mendekati Vincent, itulah yang selalu dia lakukan setiap kali dia ingin mempermalukan dia, hanya untuk melihat reaksinya.

"Imutnya!"

Nada suaranya manis dan mengejek di saat yang sama, Jun menatapnya dengan mata nakal itu, menunggu kesempatan untuk menyentuhnya, dan dia tahu bahwa Vincent pada akhirnya akan menyerah.

Vincent menghela nafas kesal, dia udah selesai memakai kemejanya dan melirik Jun sekilas.

"seengganya tunggu aja diluar, gua ngga nyaman kalo-"

Vincent terdiam beberapa saat, dia pikir itu percuma untuk menyampaikan ketidak nyamanannya pada Jun karena pada ahirnya dia ngga akan pernah benar benar peduli sama apa yang dia rasakan.

"ugh...lupain aja,"


Jun tertawa pelan sambil mendekatinya dan meletakkan tangannya di bahunya, dia mulai menggosoknya dengan seringai di wajahnya.

"Ayolah, jangan bilang sama saya kalau kamu ngga suka?"

belaiannya lambat sehingga membuat Vincent merasa tidak nyaman, tapi mau tak mau dia harus menerimanya.

"apa yang bakal lo lakuin kalo gua bilang gua ngga suka?"

Vincent berkata dengan nada tenangnya, dia masih merasa kesal sama semua pelecehan yang Jun lakukan padanya, dia harap Jun akan berhenti mengganggunya, setidaknya hari ini saja.


Jun menatapnya dengan seringai ketika dia melihat bahwa dia terlihat kesal dan sepertinya dia akan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak tertarik padanya, dia senang bermain dengannya dan mendekat lagi kali ini untuk mencium pipinya.

"Entahlah, mungkin saya harus mengikat kamu dan memaksa kamu untuk mencintai saya, hmm, saya akan selalu melakukan apa pun yang harus saya lakukan,"

Itu adalah cara yang sarkastik untuk mengatakan bahwa dia akan terus melecehkannya sampai dia akhirnya menyerah dan membiarkan dirinya didominasi oleh kehadiran Jun.


"ya...harusnya gua tau tanpa perlu nanya pertanyaan konyol itu,"

Vincent tau betul bagaimana Jun akan selalu memaksakan kehendaknya, dia merasa konyol untuk bertanya. bagaimanapun dia kemudian menepis tangan Jun dan melangkah keluar dari kamar mandi.

dia mencoba memikirkan cara bagaimana dia akan keluar dari rumah dan menghindar dari Jun.

Jun memasang ekspresi kecewa saat merasakan sentuhannya ditolak, lalu dia melangkah ke samping. dia berpikir mungkin dia keterlaluan dengan lelucon itu, tapi dia tidak peduli karena dia mungkin akan tetap melakukan hal itu padanya nanti.

"kamu mau kemana? kamu udah lupa dengan hutang yang melilit orang tuamu?"

Jun melangkah keluar dan meletakkan tangannya di bahu Vincent untuk menghentikannya pergi. Tidak ada gunanya mencoba melarikan diri karena Jun tidak bisa membiarkannya pergi ke mana pun tanpa izinnya.

"itu salah lo orang tua gua gak bisa bayar hutang, harusnya lu kasih mereka lebih banyak waktu,"

Vincent menghela nafas pelan, membicarakan soal orang tuanya membuat dia merasa sedih mengingat bagaimana Jun memperlakukan orang tuanya hanya karena mereka punya hutang pada Jun. itu membuat rasa bencinya pada Jun semakin meningkat setiap harinya.

"Orang tua kamu sudah dewasa, mereka seharusnya lebih tahu untuk ngga berhutang, dan terutama untuk jumlah hutang mereka pada saya, saya memberi mereka waktu beberapa bulan untuk menemukan cara membayarnya kembali, tapi mereka jelas tidak menganggap serius hutang mereka."


Jun berbicara dengan nada dingin dan tidak peduli dia bersikap kejam saat membicarakan orang tuanya. dia bahkan menyalahkan mereka atas situasi yang mereka alami, sikap dinginnya terhadap mereka sangat jelas terlihat.

"mereka lagi nyoba buat bayar, tapi lo bikin kacau pake bawa orang orang lo dan gehajar ayah gua,"

Vincent memijit pelipisnya, dia masih berduka atas kepergian orang tuanya dan Jun ngga pernah memberinya waktu untuk berada dalam ketenangan, dia mencoba untuk tetap tenang dan ngga terlibat dalam lebih banyak masalah lagi.

Jun tersenyum padanya tanpa sedikit pun rasa kasihan di matanya, dia bahkan tampak geli saat melihat rasa sakit dan kesedihan yang dialami Vincent.

"Saya ini rentenir sayang, saya harus mengambil tindakan supaya mereka bisa membayar, dan kamu juga ngga bisa berbuat apa-apa,"

Jun berkata dingin, dia tidak menunjukkan belas kasihan atau simpati terhadap korbannya. kata-katanya yang kejam dan bengis juga membuat Vincent semakin merasa getir dan marah padanya.



Tbc~

TebirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang