Ditengah kebingungan itu Vincent hanya terdiam didepan sisa bangunan rumah lamanya yang terbakar habis. Ada banyak pertanyaan di kepalanya, dia merasa sangat shock hingga ngga tau harus bereaksi seperti apa akan hilangnya orangtua dan rumahnya.
"Vincent? Ini beneran Vincent? Kemana aja kamu setahun kebelakang ini?"
Seorang wanita paruh baya menghampiri Vincent dan menepuk bahunya.
"Bu Ana?"
Vincent kembali dari lamunannya, dia menatap wanita paruh baya itu, matanya sedikit berbinar, mungkin dia bisa mendapat jawaban dari semua pertanyaan yang terngiang ngiang di kepalanya sekarang.
"Bu...rumah ini kenapa? Dimana ibu dan papah saya? Mereka pindah?"
Wanita itu, Ana, menghela nafas berat dan melirik bangunan yang telah hancur itu, dia kemudian menatap Vincent dan mengusap bahunya.
"Setahun yang lalu, rumah kamu kebakaran hebat, sayangnya orangtua kamu ada di dalam dan ngga selamat. Sabar ya nak..."
Mata Vincent melebar saat mendengar hal itu, tapi, yang membuatnya gugup saat ini adalah ketika dia melihat mobil Jun terparkir ngga jauh dari tempat mereka berdiri.
"Gapapa, Bu Ana, terimakasih informasinya, saya permisi dulu."
Vincent menatap mobil itu, dia kemudian segera berlari menjauh walaupun Ana memanggilnya untuk tetap tinggal.
'Kemana....kemana gua harus pergi?'
'Rumah kebakar 1 tahun yang lalu, itu pas banget ketika gua pergi dari rumah. Ini ngga mungkin cuma kebakaran biasa...pasti ada orang yang rencanain ini.'
Vincent terus berlari menjauh, dia ketakutan. Bagaimana bisa Jun tau dia berada disana?
Vincent berlari ke sebuah gang sempit agar mobil Jun ngga bisa mengejarnya , tapi masuk ke gang sempit rupanya hanya memperburuk situasinya. Ada banyak orang orang Jun yang berlari dan mengejarnya bahkan hingga ke jalan tersempit.
"Mending nyerah aja dek, gausah buang buang waktu."
Seorang pria tinggi berbadan kekar menjaga jalan Vincent, dia memblok jalan keluar dari gang itu. Vincent bahkan ngga bisa mundur lagi dan benar benar terkepung.
"Bangsat,"
.
.
.Brukkk!
Pada ahirnya Jun mendapatkan Vincent kembali, Vincent diseret kerumah dan rencana kaburnya gagal total karena Jun selalu selangkah didepannya.
"Berangkat pagi cuma buat belajar karena ujian semester? Alasan yang konyol ya Vincent? Kamu pikir saya bodoh?"
Jun meninju rahang Vincent sekuat tenaga hingga dia terhuyung ke lantai, dia terlihat sangat kacau karena mencoba melawan orang orang Jun dalam perjalanan kembali.
Tapi Vincent mengabaikan rasa sakit itu, dia bangun dan menatap Jun di matanya. Dia sangat marah akan apa yang terjadi pada hidupnya.
"Kebakaran itu..."
"Ya,"
Jun memotong sebelum Vincent menyelesaikan kata-katanya. Dia tertawa pelan dan mengangkat bahu seolah itu hal yang normal untuk dilakukan.
"Saya tau suatu hari...hari seperti ini akan datang, kamu mencoba kabur dari saya kan?"
Pria yang tua itu tersenyum miring dan terkekeh pelan saat dia mendekat pada Vincent dan mencengkram lehernya.
"Jadi saya pikir, oh, kenapa ngga saya musnahkan saja satu satunya tempat kamu pulang? Jadi kamu hanya punya satu rumah sekarang, rumah kamu hanya tempat dimana saya berada, Vincent."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tebir
RomanceSemua kebaikan yang Jun berikan di awal adalah jebakan, Vincent tau, semua hal baik itu terlalu bagus untuk menjadi nyata, seharusnya dia lebih hati hati dan ngga terjatuh dalam jebakannya. Tapi disinilah dia sekarang, terjebak dalam genggaman Jun s...