Prolog

226 22 0
                                    

Brukk//

"awss.." ringis seorang pemuda mungil nan manis yang kini tengah jatuh terduduk di koridor sekolah menengah atas itu.

"punya mata?" ujar pemuda dengan wajah datar dan dingin miliknya ke arah pemuda manis tersebut.

Pemuda tersebut hanya terdorong sedikit kebelakang namun masih bisa menyeimbangkan tubuhnya, disaat pemuda manis dihadapannya ini menabrakan tubuhnya kearahnya.

Pemuda manis tersebut gelagapan bangun dari keterjatuhannya itu dan langsung membungkukkan badannya seraya mengucapkan kata maaf.

"ma-maafkan a-aku, su-sungguh aku tak sengaja menabrakmu tadi, ma-maaf.." ujar pemuda manis tersebut seraya terus membungkukkan badannya dengan raut wajah menyesal.

"ck." dengan decakan kesal pemuda yang memiliki ekspresi datar terkesan dingin itu pergi berlalu dari sana tanpa mengucapkan satu patah kata pun lagi.

Dengan menghela nafas nya pelan pemuda dengan surai coklat halus miliknya itu merutuki kebodohannya yang belum ada 15 menit ia berada disekolah ini namun sudah membuat satu murid dilingkungan sekolahnya itu kesal padanya.

Dengan langkah gontai ia berjalan menuju ruang kepala sekolah sesuai penuturan yang kedua orang tua nya kata kan padanya saat dirumah tadi.

Sementara itu disisi lain..

"ckk, menyusahkan."

_________________

Tok..tok..tokk//

"masuk!!"

Sahutan dari dalam membuat seorang pemuda yang berada di luar ruangan itu segera melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam.

"ehh, Langit?" ujar seorang lelaki cukup berumur itu setelah mengetahui siapa yang memasuki ruangan miliknya.

"hehe iya o- eumm maksud saya pak.." jawab pemuda itu.

"haha, tidak perlu canggung begitu Lang, kayak sama siapa aja, silahkan duduk." ujar lelaki berumur itu.

"hehe, iya pak."

Langit pun mendudukkan dirinya di sofa empuk milik lelaki itu diruangan tersebut.

"nahh, Lang apa kabar?" tanya lelaki yang bisa kita panggil dengan panggilan  Tian itu.

"hehe, saya baik kok o- eh maksud saya pak, hehe.." timpal Langit sembari menggarukkan tengkuknya yang tak gatal.

"haha, tidak usah canggung seperti itu Langit, kamu bisa panggil saya om kayak biasa kalo kita cuman berdua seperti ini." ujar Tian.

"hehe, baik om."

"kamu udah besar ya perasaan terakhir kali om liat kamu, kamu masih sependek ini." ujar Tian sembari membuat gestur tinggi badan se pundak miliknya.

"ihh~ om~ Langit ga sependek itu yaa!!." ujar Langit sembari memasang wajah garang miliknya yang terkesan imut jika Tian yang melihatnya.

"haha iya iya, Langit tinggi kok." ujar Tian.

Langit yang masih melihat tatapan mengejek dari netra milik teman papah nya itu hanya dapat mengerucutkan bibirnya kesal.

Tian yang melihat tingkah dari anak temannya itu hanya dapat tertawa puas disaat merasakan bahwa anak temannya itu berhasil ia kerjai.

"hahaha,"

"ihh omm~" rengek Langit.

Ia dan Tian memang dekat dari dulu jadi ia tak akan malu menunjukkan sifat kekanak-kanakan miliknya itu dihadapan Tian.

Langit dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang