Tap..tapp..tap..//
Hugss..//
"bubuu~" panggil seorang pemuda manis sembari memeluk manja sang ibu dari belakang.
Tanpa diberi tahu pun pasti kalian sudah bisa menebak siapa dia.
"humm?" sahut sang ibu.
"bubuu~" panggil Langit lagi.
"huhh, ada apa hmm?" ujar sang ibu.
"adek mau apa?" sambungnya lagi.
"ga tau."
"huh? Adek kenapa sih?"
"ga tauu~"
"hufftt, udah sana jangan ganggu bubu, mending panggilin kembaranmu aja sama papah, suruh mereka turun makan malem udah siap."
"humm, papah udah pulang? Tumben?"
"ga tau, tiba-tiba inget rumah dia."
Langit yang malas menanggapi hanya memanggut-manggutkan kepalanya lucu, lalu beranjak pergi dari sana menuju lantai 2 untuk segera memanggil sang kembaran dan sang papah agar cepat menempati tempat duduk di meja makan masing-masing.
Tok..tok..tok..//
"masuk."
Interupsi dari dalam membuat Langit melangkahkan kakinya masuk ke ruangan tersebut.
"kenapa?" tanya pemuda yang sedikit lebih tinggi dari Langit.
"panggil bubu, makan malem udah siap." celetuk Langit.
"duluan aja sana, gw mau beresin ini dulu."
"ya udah nanti turun ya."
"hmm."
Setelah mendengar deheman tanda mengerti dari sang kembaran, kini Langit beranjak dari sana menuju kamar ke dua orang tuanya.
Tok..tok..tok..//
"masuk." celetuk seseorang dari dalam tapi Langit tak memasuki ruangan tersebut, ia hanya menyembulkan kepalanya dicelah-celah pintu.l kamar yang sedikit ia buka.
"papah." panggil Langit.
"adek? Haha,kenapa disitu hmm?"
"ituu, papah disuruh bubu turun, makan malem."
"ohh, ya udah bentar lagi papah turun, adek duluan aja."
"okee."
Selepasnya Langit turun dari sana menuju bawah untuk menunggu anggota keluarganya yang lain berkumpul di meja makan.
"dimana yang lain?" ujar sang ibu, yang biasa dipanggil Cia itu.
"bentar lagi turun bu.."
"ohh, ya udah sini adek duduk."
"eumm."
"kesayangan papah udah pada kumpul semua?" ujar sang kepala rumah tangga yang sedang berjalan menuju arah meja makan dimana sang istri dan si bungsu sudah duduk manis menanti kedatangan anggota keluarga yang lain.
"tinggal Jean pah." celetuk Cia.
"udah dipanggil?" ujar sang kepala rumah tangga itu lagi.
"udah, tadi adek yang manggil sekalian manggil papah." celetuk Langit.
Sang kepala rumah tangga itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya sekilas sebelum derap langkah kaki terdengar.
Tap..tap..tap..//
"abang lama banget ditungguinnya." ujar Cia.
"hehe, tadi abang ada beresin kamar bentar." celetuk Jean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Bumi
FanfictionHaha, masih pantaskah pembunuh sialan sepertiku masuk dalam lingkaran hidupmu yang damai itu? Aku tak yakin, tapi Aku mencintaimu.. HAHA, lancang sekali bukan? Jika waktu bisa ku putar kembali, Aku berharap semasa hidupku itu Aku tak pernah mengenal...