"ck, berisik."Detik berikutnya pemuda dengan kulit tan eksotis itu mangangkat kepalanya menghadap ke tiga pemuda yang ada dihadapannya dengan wajah datar .
Langit yang melihat wajah tak asing dari pemuda yang ia tabrak pagi tadi pun tersentak kaget, begitu pula dengan Bumi, namun pemuda itu mempertahankan ekspresi datar miliknya.
"kau!!??"
"hah? Kalian saling kenal??" ujar El.
"ga/ya." jawab Langit dan Bumi secara bersamaan.
"h-hah?? Bukannya di koridor tadi kit-." ucapan Langit terpotong karna decakan kesal milik Bumi.
"ck, ga."
"hah? Gimana-gimana?" cengo El.
"jadi yang bener yang mana anj, lo kenal Bumi apa ga?" jengah Juna.
"kenal/ga." ujar Langit dan Bumi serentak.
"ck, gw ga kenal lo." selepas mengatakan itu Bumi pergi meninggalkan Langit beserta ke dua teman barunya.
"dih, sia anying, yang bener yang mana set!?" ujar Juna tak sabaran, Juna memang memiliki kesabaran setipis tisu jadi wajar saja jika kata-kata yang sering ia lontarkan begitu ketus dan sarkas.
Jangan tertipu dengan penampilannya yang mungil dan manis, ucapan yang sering Juna lontarkan begitu pedas, tidak memandang bulu, dia tak peduli jika saja ucapan yang ia lontarkan bisa saja menyakiti teman perempuannya maupun teman laki-lakinya atau tidak.
Back to topic.
"aku kenal dia kok." ujar Langit sembari memandang sendu pintu yang baru saja dilewati oleh pemuda ber name tag Bumi Mavendra itu.
"tapi katanya dia ga da kenal lo tuh." timpal El.
"tapi Langit kenal." ujar Langit dengan nada yang begitu lirih dan jangan lupakan matanya yang cantik itu seperti siap kapan saja untuk menumpahkan bebannya.
"e-eh kok lo nangis??" ujar Juna panik.
"Lang lo kenapa??" ujar El tak kalah panik.
"Langit oke." timpal Langit sembari tersenyum dan menghapus jejak air mata yang akan merembes jatuh kebawah itu.
"bener??" ucap El dan Juna bersamaan.
"iyaa, Langit gapapa kok."
"ga usah pikirin ucapan si sialan itu Lang, dia emang begitu sifatnya." ujar El.
"iyaa, gapapa kok, lagian nanti juga Langit mau minta maaf ke dia."
"hah, maaf kenapa? Lo ada salah sama dia?" ucap Juna.
"iya, tadi sebelum Langit masuk kelas ini, Langit mau ke ruang kepala sekolah tapi di tengah jalan karna Langit ga fokus jadi Langit nabrak dia, dia juga keliatan marah sama Langit, Langit udah minta maaf tapi dia pergi gitu aja, makanya Langit nanti mau minta maaf lagi." ujar Langit menjelaskan kronologi kejadian pagi tadi dengan Bumi.
"ohh, tapi bikin santai aja ga sih, orang dia sikapnya emang selalu ketus gitu, ke murid yang ga bikin masalah sama dia aja dia begitu." ujar Juna.
"iya Lang, bodo in aja, ga usah minta maaf percuma kalo kata gw mah." timpal El menyetujui saran dari Juna.
"tapi tetep aja, kata bubu kalo kita ada salah sama orang kita harus minta maaf." ujar Langit polos.
"ya udah, lagian dia ga nerima maaf lo kan, ga usah minta maaf lagi." dengus Juna geli sembari memainkan pipi chubby milik Langit.
El yang melihat perubahan drastis dari teman barunya itu menyenggol siku milik Juna pelan, Juna memang anak yang kurang peka dengan keadaan.
"eh ga bukan gitu Lang, maksud gw tuh-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit dan Bumi
FanfictionHaha, masih pantaskah pembunuh sialan sepertiku masuk dalam lingkaran hidupmu yang damai itu? Aku tak yakin, tapi Aku mencintaimu.. HAHA, lancang sekali bukan? Jika waktu bisa ku putar kembali, Aku berharap semasa hidupku itu Aku tak pernah mengenal...