12. Outcast

176 30 25
                                    

Sentra Industri Kayu, Pinggiran Solo , 09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sentra Industri Kayu, Pinggiran Solo , 09.30 WIB

Layaknya film-film Cowboy dan Chalize Cow Girl nya. Bahkan hari belum siang namun situasi sudah terik. Satu jam yang lalu Chalize beserta seluruh barangnya landing di Bandara Adi Sumarmo. Dia langsung pindahan dari Jakarta menuju Solo. Chalize sudah berpamitan dengan calon mertua dan seluruh keluarga Glen.

Mereka mendukung-mendukung saja dengan apa yang akan dilakukan Chalize. Sepertinya keluarga Glen malah lebih senang Glen dan Chalize bisa memikirkan rencana pernikahan matang-matang alih-alih buru-buru karena kegrebek nyaris kumpul kebo di Jakarta.

Glen sendiri tak bisa mengantarnya, posisi barunya sebagai pimpinan di pabrik garmen baru anak perusahaan keluarganya sangat menyita seluruh waktunya. Semalam dia sempat menangis memohon - mohon agar Chalize tinggal di Bekasi saja dengannya dan mengelola pabrik bersamanya. Tapi tentu saja Chalize menolak, jiwanya bukan jiwa girl boss, jiwa Chalize adalah jiwa budak korporat yang suka mengeluh dan bertahan hidup dalam keterbatasan, bukannya dibebani dengan tanggung jawab mengenai ratusan karyawan seperti Glen.

Tentu saja Glen tak senang, dia merasa Chalize menjebaknya dengan ekspektasi-ekspektasi tinggi sampai membuatnya menjadi seambis ini. Tapi Chalize kembali meyakinkannya, bahwa ini akan sementara. Nanti kalau urusan showroom di Solo sudah beres, dia pasti akan kembali ke pangkuan Glen dan hal yang membuat Glen sangat tenang adalah Chalize literally minta dipangku saat mereka bertemu lagi nanti.

Kembali ke Chalize yang kelelahan dengan teriknya Solo pinggiran saat ini. Udaranya tak sepengap Jakarta, namun 38 derajad celcius juga bukan keadaan main-main.

Ini pertama kalinya dia datang ke showroom yang ada di Solo.

"Sudah sampai mbak!" Ujar Mas Ari, asisten kepercayaan Pak Wara, ayah Chalize.

Hanya kepada Mas Ari Chalize bertumpu, Dae sedang pergi ke Korea untuk pameran, ayahnya sangat sibuk dengan showroom yang ada di Jepara. Sementara ibunya masih berkutat dengan pemasaran juga desain yang mereka tangani sendiri.

Selama ini desain-desain di pabrik mebel mereka memang dijalankan oleh kedua orang tuanya dan juga Dae. Ayahnya pernah berkata agar Chalize mulai belajar mendesain sebab dia yakin putrinya itu memiliki bakat desain seperti anggota keluarga lainnya, bisa dilihat dari karya-karya doodle isengnya yang selalu dipuji Pak Wara.

Tapi tentu saja, Chalize yang lebih suka jadi budak itu terlalu mager untuk melakukannya. Dia hanya suka kehidupan statis dan bermanja manja di pelukan Glen.

Entah apa yang ada di otaknya, sampai Dae mengatai adiknya dengan sebutan Si Paling Fixed Mindset.

Chalize juga ingin berkarier tapi bukan di jalan keluarganya, kata Dae Chalize naif dan bodoh.

"Ini tempatnya?" Tanya Chalize setelah ketiga kopernya warna warninya diturunkan di depan bangunan besar mirip hanggar itu.

Chalize agak heran dan terperangah, dibetulkannya letak kaca mata hitam pemberian Glen sebagai hadiah LDR mereka.

Thank God, It's YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang