—————————————————
Disclaimer: don't like, don't read, semua ini milik orang tua masing-masing disini saya sebagai author hanya meminjam nama.
Summary: tidak ada yang berubah hidup dengan kemewahan dan hidup dengan kesederhanaan itu sama saja, tapi haruto jauh lebih sakit hidup dengan keluarga yang lengkap namun salah satu dari mereka tak menganggap diri nya ada.
Entah lah haruto tidak tahu apakah akan seperti ini selamanya atau malah sebaliknya orang yang menganggap nya tak ada di suatu hari nanti akan menganggapnya?.
•———————————————————
Setelah jeongwoo sampai di kediaman rumahnya, ia segera masuk ke dalam rumah nya.Seperti biasa setiap masuk jeongwoo sangat tak santai dalam membuka pintu.
Brak!
“kebiasaan sekali kamu woo, kalau masuk rumah salam dulu kenapa sih?.” kata ayah nya, yang sempat terlonjak kaget ulah jeongwoo yang tak santai itu.
“hehehe ayah.”balas jeongwoo dengan cengiran bocil kematiannya.
Rose hanya bisa geleng-geleng kepala, memperhatikan keduanya.
Jeongwoo kembali berjalan ke kamar nya meninggalkan bunda dan ayah di bawah sana, hari ini bagi jeongwoo cukup lelah entah kenapa.
Sepertinya bukan hanya hari ini saja jeongwoo merasa lelah, hampir setiap hari bisa dibilang.
Padahal kegiatan nya hanya sekolah, pulang, tidur, nongkrong.
Jeongwoo merebahkan tubuhnya di atas ranjang masih dengan seragam sekolah nya.
Jeongwoo juga terlelap tidur dalam sekejap.
20 menit kemudian setelah jeongwoo terlelap, ada dua orang yang tengah menunggu di ruang tamu yang hampir berjam-jam hanya menunggu sosok jeongwoo itu turun dari kamar yang berada di atas.
Namun jeongwoo yang di tunggu tak kunjung turun.
Dua orang tersebut adalah bunda dan ayahnya.
Sesampai ayah nya selesai makan dan memilih pergi ke kamar nya, namun tidak dengan rose.
Rose memilih untuk ke atas dimana tempat kamar jeongwoo berada.
Rose kini berada tepat di depan pintu kamar sang anak.
Tok,tok,tok
Beberapa kali rose juga mengetuk pintu kamar jeongwoo, namun tak ada suara sahutan dari dalam kamar jeongwoo.
“jeongwoo!." Teriak sudah rose sambil mengetuk pintu lebih keras.
Begitu menyebalkan rose sudah sangat lelah mengetuk serta meneriaki nama sang anak sampai kering dalam tenggorokan nya di depan pintu, tapi ternyata pintu kamarnya tidak terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
STEP BROTHER
Разное•--------- kalau di pikir-pikir jauh lebih baik jika dirinya tinggal di panti asuhan bersama anak-anak yang senasib dengannya sama-sama tidak memiliki orang tua karena bisa membuatnya merasakan kebahagiaan yang sederhana tapi menurutnya sangat berha...