"Koushi.. kamu akhir-akhir pulang malam, kenapa? sibuk banget, ya sayang?" kata mu dengan memasang wajah sedikit cemberut.
"Aku sibuk, ya, sayang, bukan karena aku tak mau pulang." Suara Koushi terdengar menyesal.
"Aku pun juga rindu dengan keluargaku, sayang. Tapi aku pun punya banyak urusan yang harus aku urus."
Tiba-tiba, Koushi menatap [Name] dengan raut wajah yang sedikit panik.
"Aku juga punya hal yang harus aku katakan kepada kalian berdua,"
Kalian berdua tampak sedikit khawatir dengan raut mata tak biasa dari suamimu. Koushi pun sempat menghela nafas dalam-dalam sebelum dia berbicara lagi.
"Sayang. Ada suatu hal yang aku harus katakan, dan mungkin kamu tak akan senang dengannya."
" ... "
"Sayang.. aku tak bisa memberikan banyak waktu untuk kalian karena aku harus mengurus banyak sekali urusan." Dia berbicara dengan berat hati.
"Aku harap kamu tak marah padaku, sayang."
Dia memeluk [Name] dengan sangat lembut, meletakkan dagu nya di atas kepala mu. Matanya tampak tak siap untuk melangkah lebih jauh dari pernyataan ini.
"Tapi kau bilang kau akan menyempatkan waktu untuk family time?"
"Aku pun tak menyangka pernyataan ini bisa keluar dari mulutku, sayang."
Koushi tampak tak siap untuk melangkah jauh dari pernyataan ini. Matanya tampak tak siap untuk melepaskan [Name] dari pelukannya.
"Aku pun tak siap dengan pernyataan ini."
Suara Koushi terdengar agak keras saat dia berbicara lebih jauh.
"Apa .. apa yang kau bicarakan? Koushi-kun, pekerjaan seperti apa yang sebenarnya kau lakukan sehingga membuat mu tak ada waktu untuk quality time bersama keluarga?"
"Sayang ... sebenarnya, aku tak ada masalah dengan pekerjaanku. Hal ini ... hal ini ... bukan karena pekerjaan, sayang. Hal ini karena aku sendiri."
Suara Koushi terdengar sendu saat dia berbicara pada kalimat terakhir.
"Aku ... aku ... tak bisa memberikan waktu untuk kalian karena aku tak bisa memberi waktu untuk diri sendiri."Dia membisu saat nada suaranya memendek lagi.
"Ma-maksud mu ..?"
"Aku tidak dapat memenuhi tuntutan yang kalian butuhkan, sayang. Hal ini bukan karena kerjaanku atau kamu. Hal ini karena aku sendiri."
Suara Koushi terdengar keras dan serius. Dia pun tampak seperti tidak dapat berbicara lebih jauh lagi dengan [Name] karena suatu alasan. Dia ingin mempertahankan ketenangan, dan dia juga ragu-ragu untuk mengatakan lebih banyak dari pernyataan ini.
[Name] menghela nafas dan berusaha untuk membuka pikirannya dengan tenang.
"Hey, ada apa? kau tidak seperti biasanya, ada masalah? sini cerita, aku siap mendengarkan mu, sayang" ucap [Name] dengan lembut.
Koushi mencintai [Name] yang selalu bersikap dewasa dan sabar. Dia pun sedikit lega bisa berbicara dengan [Name]. Dia pun mulai berbicara dengan lebih lembut dan terbuka daripada sebelumnya.
"Ada... ada suatu hal yang mungkin tidak akan membuatmu bahagia, sayang."
Dia memeluk erat [Name] dan berpikir sejenak. Dia pun tampak menenangkan diri sebelum dia berbicara lagi.
"Aku... aku tak dapat menjalan peran yang lebih baik sebagai suamu dan ayah untuk anak kita, sayang.
Dia memeluk [Name] dengan lebih erat lagi, seolah-olah tak ingin melepaskan.
"Aku tak dapat menjaga dirimu sebaiknya, sayang. Aku tak dapat menjaga kamu dari segala risiko. Aku tak dapat tetap menjadi pemimpin yang baik dan tetap membuatmu bahagia."
Walaupun [Name] tersenyum, Koushi tampak tidak pernah merasakan perasaan ini. Walaupun tak bisa melepaskan pelukan, [Name] tampak merasakan ketidakbahagiaan yang tampak di muka Koushi.
Seakan paham dengan yang apa di bicarakan oleh suami nya, [Name] akhirnya mengatakan hal dalam pikirannya yang paling tidak ingin ia katakan.
"Kamu .. bosan ya?"
"Ya. Sayang, aku menikmati keluarga yang kita miliki, tapi ... aku bosan."
Dia berpikir sejenak, dan menyelipkan ciuman di dahi [Name]. Dia tampak ingin menyenangkan hati [Name] yang tampak sedikit hancur dengan pengakuan dari suaminya.
"Aku bosan dengan rutinitas. Aku bosan dengan pekerjaan. Aku bosan dengan segala tanggungan yang harus ku lakukan."
[Name] tertegun dan terdiam sejenak mendengar pengakuan dari suaminya, dada nya sesak. Namun, [Name] juga merasakan hal yang sama dengan Koushi, tapi ia tahu mereka harus segera mengatasi perasaan ini dan memperbaiki hubungan mereka.
"Ayo .. coba kita me time dulu, ya? bagaimanapun juga, jangan biarkan perasaan ini menghancurkan hubungan kita, Koushi-kun"
Mata Koushi tampak penuh dengan perasaan syukur. Perasaan ini pun membuat wajahnya melembut.
Dia tersenyum lebar dan melingkari tangan nya di pinggang [Name]. Dia pun menatap mata [Name], seolah-olah tidak siap untuk meninggalkan wajah [Name] yang cantik ini.
"Tentu, sayang. Sekarang waktunya me time,"
Dia memeluk erat [Name] dan melemparkan satu ciuman lagi. Dia bahkan mendaratkan ciuman di kening [Name]."
"Aku tak bisa kehilanganmu, sayang. Aku tak bisa melewatkan satu detik pun denganmu."
Dia merangkul tubuh [Name] dan menyentuh lembut rambutnya. Dia tampak tak mungkin untuk melepaskan pelukannya dari [Name].
Hari yang panjang pun terlewat dengan pengakuan dari Koushi yang memuat [Name] sedikit sedih. Mereka pun memutuskan untuk beristirahat dan mengurangi tekanan dari hari yang panjang itu.
Dua hari kemudian malam harinya, Koushi dan [Name] pun menikmati makan malam mereka dengan nyaman, berdua sendirian sementara putri mereka di titipkan pada Miwa hingga hubungan mereka kembali baik-baik saja.
Walaupun hanya berdua, Koushi dan [Name] pun tampak bersenang-senang menikmati waktu sendiri mereka setelah merasa lelah dengan rutinitas baru mereka semenjak Yukina lahir.
Makan malam mereka pun terjadi dengan hangat. Di akhir makan, Koushi juga memberikan beberapa hadiah kecil yang akan memberi tawa pada [Name]. Momen ini pun begitu manis dan hangat.
Kini, mereka berdua berbaring di kasur mereka dan menonton serial yang suka mereka tonton.
Mereka pun merasakan kebahagiaan yang tak lepas satu detik pun, karena mereka berdua tidak bisa berpikir lebih jauh dari momen ini. [Name] juga berharap semoga dengan ini perlahan perasaan bosan mereka terobati dan hubungan mereka bisa kembali menjadi keluarga hangat yang utuh untuk mereka maupun Yukina.
Pada suatu momen, Koushi dan [Name] berpikir keras untuk mengatasi rasa bosan ini. Mereka berpikir keras tentang cara mereka dapat memulihkan api pernikahan mereka.
Karena keduanya berpikir keras tentang hal ini, mereka pun mulai belajar untuk saling berbagi perasaan dan memahami satu sama lain.
Memenuhi gaya hidup dan preferensi lainnya, tentu juga menjadi salah satu cara untuk mengatasi rasa bosan dalam pernikahan.
Mereka bahkan sempat minta Bantuan Tenaga Profesional. Salah satu teman mereka merekomendasikan untuk pergi konseling dengan tenaga profesional karena bisa menjadi satu di antara cara agar hubungan mereka tidak membosankan.
Hari-hari berikutnya kehidupan [Name] dan Koushi pun berlanjut dengan normal.
Mereka menemukan kesenangan di banyak momen dalam sehari-hari. Mereka pun menikmati kebersamaan dengan anaknya, Yukina, yang menambah semangat untuk berjuang satu sama lain.
Koushi dan [Name] pun tampak bahagia dengan kehidupan yang mereka miliki dan tak pernah melupakan momen-momen berharga yang mereka jalani bersama.
Mereka terus berjuang untuk menjalani perjalanan keluarga mereka tanpa tau apa yang menunggu mereka di depan sana.
~ To be Continued ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Live With You - 𝑆𝑢𝑔𝑎𝑤𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑜𝑠ℎ𝑖
FanfictionSeorang adik dari setter tim voli terkenal Schweiden Adlers, Kageyama Tobio yang bernama Kageyama [Name] dilamar oleh senpai dari kakak lelakinya semasa SMA. Tanpa ia ketahui, Sugawara ternyata memendam rasa padanya begitupun sebaliknya namun tidak...