24 - Warning

460 45 0
                                    

Hallo readers/siders

Happy reading


[Name] menerjabkan manik indahnya berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke manik indahnya, merasakan tubuh yang terkena dinginnya pendingin ruangan di pagi hari. Manik belum sepenuhnya terbuka, merasakan lembutnya usapan dirambut yang begitu pelan hingga ciuman dipelipis yang membuat senyum [Name] sedikit mengembang.

"Good morning, hun"

Tak lain itu adalah Taejin. Pria itu tersenyum sembari mendekatkan diri pada sang wanita, membiarkan tubuh kekarnya sedikit menarik selimut hingga sebatas dada keduanya untuk menutupi tubuh sembari tangan kekarnya memeluk pinggang sang istri dengan sayang, membenamkan wajahnya di rambut lembut sang istri. Mereka terdiam sejenak, menikmati keintiman pagi yang hangat. Pelan tapi pasti, Taejin mengeratkan [Name]  ke dalam pelukannya, sebagai cara untuk menyampaikan rasa sayang tanpa kata-kata yang cukup.

"How was your sleep?" tanya Taejin seraya mencium lembut dahi [Name].

[Name] tersenyum dan menggelengkan kepala dengan lembut, menikmati sentuhan lembut Taejin. "Good, babe. How about you?"

Taejin melepaskan pelukannya sedikit, tetapi tetap memandang [Name] dengan penuh kasih sayang. "Menyenangkan ditambah lagi aku bisa tidur memelukmu semalamaan. Oh ya maukah kita habiskan waktu bersama hari ini?"

[Name] mengangguk setuju, senang dengan ide itu. "Ide bagus."

Taejin tersenyum dan mencium bibir [Name] lembut. "Aku sangat beruntung memilikimu, sayang" katanya dengan suara lembut.

[Name] tersenyum dan membalas ciuman Taejin. "Aku juga, sayang."

[Name] akan selalu melupakan kenangan buruk dan mengingat segala hal yang baik tentang Taejin seakan otaknya dikendalikan oleh seseorang membuatnya terus memuja Taejin. Tapi, ingatan tentang mayat di danau itu seakan menjadikan [Name] mati penasaran meskipun tak ada keberanian untuknya bertanya pada Taejin yang saat ini dihadapannya.

Mereka berdua kemudian bersiap-siap untuk memulai hari mereka. Taejin membantu [Name] bangun dari tempat tidur, saling bercanda, dan tertawa bersama sembari memakai bathrobe masing-masing. Meskipun keseharian mereka mungkin diisi dengan rutinitas, namun cinta di antara mereka tetap seperti angin segar yang menghembuskan kehangatan tanpa batas. Setelah bersiap, mereka turun ke dapur bersama-sama. 

Taejin dengan hati-hati menyeduh kopi di dapur, menghirup aroma kopi yang harum saat biji kopi mulai bercampur dengan air panas. Taejin memasuki ruang tamu dengan dua cangkir kopi di tangan, senyumnya mengembang melihat [Name] yang duduk di meja makan. Dia meletakkan cangkir kopi di depan [Name] dan duduk di seberang meja, mata mereka bertemu, dan senyum terukir di wajah keduanya.

"[Name], ini kopi khusus untukmu," ucap Taejin sambil meraih cangkir kopi dan menyilangkan kakinya dengan santai.

[Name] tersenyum dan mengangguk, "Terima kasih, Sayang. Aromanya luar biasa."

Mereka berdua duduk di meja makan yang ringan, di mana cahaya matahari pagi memasuki ruangan melalui jendela. Suara gemerisik kopi dan suasana yang tenang menciptakan momen yang akrab di antara mereka. [Name] dan Taejin menyeruput kopi mereka, menikmati kehangatan yang terasa melalui setiap tegukan. Taejin bahkan tak memalingkan wajahnya ketika melihat kearah sang wanita tercinta.

"Tadi malam, aku bermimpi tentang pantai," ucap [Name] dengan mata berbinar-binar. "Air lautnya begitu jernih, dan angin sepoi-sepoi membuatku merasa begitu damai."

Taejin tersenyum, "Itu terdengar indah. Aku juga bermimpi, tapi tentang perjalanan ke pegunungan. Puncaknya tertutup salju, dan aku bisa melihat seluruh lembah dari atas sana."

[Name] tertarik, "Pegunungan yang tertutup salju, itu pasti pemandangan yang menakjubkan. Apa yang kau lakukan di sana?"

Taejin memikirkan sejenak, "Aku berjalan-jalan di sepanjang jalur hiking, merasakan udara segar, dan terkadang berhenti untuk menikmati pemandangan. Aku merasa begitu bebas di sana."

"[Name]" Taejin menatapnya dengan penuh perhatian, "Bagaimana dengan mimpi-mimpimu?"

[Name] berpikir sejenak sebelum tersenyum, "Aku bermimpi sedang berada di taman bunga yang penuh warna. Bunga-bunga yang indah bermekaran di sekelilingku, dan aku bisa merasakan kehangatan matahari di wajahku."

Taejin tertarik, "Taman bunga? Itu pasti tempat yang penuh dengan keindahan. Apa yang kau lakukan di sana?"

"[Name]" menjawab sambil tersenyum, "Aku hanya berjalan-jalan, menikmati setiap warna dan aroma bunga. Dan entah mengapa, rasanya begitu damai dan tenang di sana."

"Benarkah? Taman bunga itu akan benar-benar terjadi jika kau terus patuh padaku, [Name]"

[Name] menatap Taejin denga seksama, berusaha meneguk kopi dengan tenang meskipun perkataan yang baru saja lelaki itu lontarkan mengarahkan pemikiran [Name] akan Taejin yang selalu melarangnya untuk pergi kemana-mana. Bahkan, [Name] merasakan kebekuan yang melintas di sepanjang tulang punggungnya ketika Taejin memberikan senyum misteriusnya yang tak terbaca. Meja makan tempat mereka duduk terasa sepi dan sunyi, Suara detingan jam seolah-olah berubah menjadi bisikan aneh yang hanya bisa didengar oleh [Name].

Taejin terus menatap [Name], matanya yang gelap seakan menyimpan rahasia yang tak terungkap. [Name] mencoba menekan ketidaknyamanannya dan melanjutkan untuk meneguk kopinya, tetapi rasanya seolah-olah setiap tetes kopi itu berubah menjadi timah cair yang membakar tenggorokannya.

"Kau tahu, [Name]," Taejin berkata dengan suara yang tenang, tetapi isinya begitu meresahkan. "Aku selalu berada di sini untukmu. Selalu mengawasimu, meski kau tidak melihatku."

[Name] mengernyitkan dahi, mencoba untuk mengabaikan pernyataan Taejin yang semakin terdengar aneh. "Apa yang kau bicarakan, Taejin? Kau selalu seperti ini, sangat melarangku pergi ke tempat-tempat tertentu. Apa maksud semua ini?"

Taejin tertawa lembut, tetapi suaranya bergema di sekitar ruangan, menciptakan nada yang merinding di telinga [Name]. "Kau tahu, [Name], ada sesuatu di luar sana yang tidak bisa kau lihat. Sesuatu yang selalu mengikutimu. Aku di sini untuk melindungimu dari itu."

[Name] merasa napasnya sesak, hatinya berdegup lebih cepat. Apa yang Taejin bicarakan? Apakah ini hanya gurauan aneh ataukah ada sesuatu yang lebih gelap di balik kata-kata tersebut? [Name] mencoba untuk memahami, tetapi keadaan semakin membingungkan.

"Jangan pernah pergi ke danau itu lagi, [Name]," Taejin melanjutkan, matanya semakin intens. "Ada sesuatu yang menunggu di sana, sesuatu yang tak dapat kau bayangkan. Aku melarangmu karena aku ingin melindungimu."

[Name] merasa seluruh ruangan semakin mencekam, maniknya membola mendengar kata danau yang disebutkan oleh Taejin. [Name] menatap Taejin dengan campuran rasa takut dan kebingungan.

"Siapa... atau apa yang kau bicarakan, Taejin?" [Name] bertanya dengan suara bergetar. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Taejin menoleh ke arah jendela, seakan-akan melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh [Name]. "Kau harus percaya padaku, [Name]. Ada sesuatu di luar sana yang tak bisa dijelaskan."

[Name] merasa rambut di lehernya berdiri tegak. Beberapa detik kemudian, Taejin kembali menatapnya dengan mata yang penuh peringatan. "Cukup ikuti perkataanku, Kau tetap kucing manisku bukan?"


Hallo jangan lupa vote, okeyy


Salam manis

Tr

8/11/23

L U R E [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang