26 - Mind Control

370 39 0
                                    

Hallo readers/siders

Happy reading


Taejin menggenggam lengan [Name], mencoba menarik perhatiannya. "Kau harus tahu bahwa ini lebih rumit dari yang kau bayangkan, [Name]. Aku... aku tidak bisa menjelaskan sekarang."

Namun, kata-katanya terputus ketika sang istri menghentikan langkahnya di depan mereka berdua. "Aku memutuskan, Taejin. Kau harus menghadapi konsekuensinya. Aku tidak akan berdiri di samping orang yang membunuh."

"Kau harus mengerti karena aku melakukan ini [Name]!"

[Name] menatap Taejin dengan tatapan terluka, maniknya masih memandang kearah orang-orang yang ditembak mati oleh anak buah Taejin yang kini berusaha memindahkan kedua orang itu. Tanganya berusaha melepas gengaman taejin pada tanganya yang begitu kuat.

"Kau pembunuh!"

Taejin mengeram mencengkram kedua bahu sang istri, padahal ia tak ingin semuanya terjadi karena itu bisa membuat [Name] membencinya. Ia sudah susah payah membuat kenangan untuk mengubah ingatan sang gadis hingga harus membayar dokter Park Jinyoung dengan mahal. Tetapi, ia malah mendapatkan hal ini membuatnya harus berfikir keras bagaimana mengatasi wanitanya.

"[Name] dengarkan aku sayang.."

"Taejin..kenapa kau melakukan ini?!!"

Melihat air mata yang berjatuhan dari manik indah sang istri membuat Taejin menggeram pelan. Lelaki itu memilih untuk memeluk tubuh sang wanita namun dengan cepat ditolak dengan dorongan kuat dari [name] yang melangkah mundur.

"Sekarang katakan! apa alasamu membuat mereka menjadi seperti itu!!!"

Taejin merasa napasnya sesak, mencoba menemukan kata-kata yang tepat di tengah gejolak emosi. Dia ingin [Name] mengerti, bahkan jika kebenaran itu pahit.

"Sebenarnya, [Name], aku bukan seorang pembunuh. Semua ini lebih rumit dari yang kau bayangkan. Aku terjerumus dalam situasi yang tak dapat kuhindari. Mereka bukanlah orang tak berdosa, tapi bagian dari dunia gelap yang selama ini kuhadapi."

[Name] menatap Taejin dengan pandangan penuh penolakan, hatinya yang hancur membutuhkan jawaban yang lebih kuat dari alasan yang rumit. "Jangan berikan alasan, Taejin. Aku melihatmu menembak mereka. Itu sudah cukup."

Taejin meraba-raba keputusasaan di dalam dirinya. [Name] adalah segalanya baginya, dan melihat kepercayaan [Name] pudar begitu saja membuat hatinya hancur. "Aku mencoba melindungimu, [Name]. Aku tidak ingin mereka menyakitimu. Mereka memiliki informasi yang dapat menghancurkan kita berdua."

[Name] memalingkan wajahnya, menahan air mata yang terus ingin tumpah. "Tidak ada alasan yang bisa membuatmu berhak membunuh, Taejin. Kau telah memilih jalur yang salah."

Taejin meraih lengan [Name], mencoba membuatnya menatap mata lelaki itu. "Aku mencintaimu, [Name]. Aku tahu aku membuat kesalahan besar, tetapi aku tidak ingin kehilanganmu."

[Name] menarik lengan [Name] dari genggaman Taejin, memutuskan kontak fisik yang seolah-olah menyakitkan. "Cinta tidak bisa menjadi alasan untuk membunuh, Taejin. Aku butuh waktu untuk memproses semuanya."

Mata [Name] penuh dengan kekecewaan dan ketidakpercayaan. [Name] melangkah mundur, menjauh dari Taejin, meninggalkan lelaki itu merenung dalam keheningan yang penuh penyesalan.

"Sekarang katakan! Apa alasamu membuat mereka menjadi seperti itu?" teriak [Name] lagi, menginginkan jawaban yang tidak hanya merinci situasi rumit ini, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam.

Taejin menghela nafas dalam-dalam, menyadari bahwa dia harus membeberkan bagian yang sangat gelap dari masa lalunya. Bagaimanapun, pekerjaan yang ia lakukan untuk membantu perkembangan perusahaan yang telah membantunya. Ia tak ingin kehilangan pekerjaan yang sudah ia kerjakan bertahun-tahun hanya karena [Name] mengetahuinya, memilih untuk berbohong maka itu akan berlanjut entah sampai kapan Taejin akan terus melakukannya.

 "Mereka adalah bagian dari organisasi yang berbahaya. Mereka tahu terlalu banyak, [Name]. Aku terjebak, dan satu-satunya cara untuk melindungi kita berdua adalah dengan menghentikan mereka."

"Apa yang sebenarnya kau lakukan diluar sana? Kenapa kau terlibat dengan hal seperti ini Taejin?"

[name] melangkah mundur, ingatannya tiba-tiba terlintas akan danau yang ia temui beberapa hari lalu. Danau itu menampilkan banyak sekali mayat mayat tanpa bagian tubuh yang utuh me buat kepalanya pusing. Selain itu, sebuah ingatan yang tiba-tiba lewat dengan suara teriakan dan rumah terbakar membuat [Name] semakin merasakan kepalanya sakit seribu sakit.

"[Name]!!"

Taejin bergerak memeluk tubuh [Name] kala wanita itu benar-benar kehilanggan keseimbangan, bagaimana wanita itu mulai jatuh dan tak sadarkan diri. Taejin meletakan tubuh tak berdaya wanitanya dipangkuannya, mengambil sebuah suntikan di laci meja didekat pintu masuk dan perlahan menyuntikan cairan yang tak lain adalah cairan penenang yang diberikan oleh Jinyoung untuk berjaga-jaga saat [Name] kehilangan kendali akibat efek samping dari obat pencuci otak.

Taejin sudah merencanakan semuanya dengan baik, mencuci otak [Name] dan memilikinya. Membiarkan wanita itu hidup dengan dunia yang sengaja ia buat untuk memainkan semuanya sesuka hatinya. Tak perduli seberapa banyak orang melanggar atau bahkan saat [Name] sendiri harus kesakitan karena perbuataanya, yang terpenting hanyalah untuk mendapatkan segala keinginannya dengan caranya sendiri.

"Tidurlah yang tenang, sayangku.." - Ujar Taejin sembari memberikan kecupan manis dikening sang wanita.

Taejin menoleh kebelakang, membiarkan anak buahnya untuk membereskan segala kekacauan yang terjadi. Eksekusi liar itu tak lain untuk menghilangkan jejak kejahatan yang mereka lakukan, Taejin sudah sering melakukan eksekusi dirumahnya namun [Name] tak pernah menyadari bahwa mereka sebenarnya hidup berdampingan pada tempat eksekusi mati. Mengangkat telfon untuk menghubungi orang dari seberang sana.

"Aku membutuhkan cairan lagi.."

salam manis

tr 

19 11 23

L U R E [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang