"Ahhh... hahh."
Erangan itu tertahan di tengah malam yang mencekam, bersama keringat yang mengucur begitu deras membasahi pelipis dan seluruh tubuhnya, seperti buliran kristal yang berkilat di ruangan yang gelap.
Sebuah penyatuan dua insan yang seharusnya tak pernah terjadi, berulang kali menghantam kesadarannya menuju perasaan bersalah yang memukul relung jiwa. Penyatuan antara dua hati yang saling bertolak belakang, namun saling membutuhkan di saat bersamaan.
"Mmmmhh.. ahhh!!"
"Jangan menahan desahanmu. Biarkan itu mengalir, aku ingin mendengar desahan indahmu."
Saemi menggeleng-gelengkan kepalanya, merasakan sesuatu yang ingin meledak di pusat tubuhnya. Hentakan demi hentakan yang begitu keras dari lelaki di belakangnya membuat tubuhnya tersentak-sentak.
"Haa-hh! T-time out, berhenti!"
Sunghoon tersenyum miring, ia mencengkeram erat pinggul wanita itu bersama hujamannya yang keras tak memperdulikan pekikan tertahan dari mulut Saemi, seperti sesuatu tengah menguasai dirinya. Matanya berkilat tajam, setajam hentakan penisnya di belakang sana sampai itu mengeluarkan suara decakan kasar di keheningan malam yang mencekam. Sunghoon dapat melihat postur tubuh Saemi yang begitu indah dari belakang, punggung polosnya terlihat begitu pucat dan halus seperti susu.
Sunghoon menjambak rambut Saemi, membuatnya menengadah sehingga punggungnya melengkung cantik, dengan pantat menungging untuk kemudian Sunghoon menundukkan kepalanya lalu menggigit leher Saemi dengan begitu keras meninggalkan bercak kemerahan yang terlihat terang.
"S-sunghoon j-jangannhh."
"Kau suka itu?"
Saemi tak mampu menjawab, dia hanya sanggup meremas sudut meja pantry dengan kedua tangannya yang basah. Tubuhnya terguncang tak berdaya di antara kedua lengan kekar yang membelenggu pinggangnya. Rasanya begitu panas ketika lelaki itu seperti sengaja mempermainkan pelepasannya.
"Di antara aku dan suamimu, siapa yang lebih hebat?"
Saemi menggeleng ribut. Desahannya tertelan di dalam tenggorokan. Ini bukan waktu yang tepat untuk untuk menjawab pertanyaan itu. Dia benci dengan situasi ini.
"Su-sunghoon please..."
"Siapa, hmm?" Sunghoon berbisik mengancam di telinga Saemi, benar-benar haus akan pengakuan darinya, dia menekan kejantanannya dengan begitu dalam di pusat tubuh Saemi.
Suara Saemi tertahan oleh napasnya yang mulai sesak akibat luapan gairah yang menggebu-gebu, kenikmatan di bawah sana memaksanya untuk berjerit desah ketika Sunghoon membombardir dengan hentakan yang ia buat. Semua ini terlalu nikmat untuk ditanggungnya, dia tak bisa menjangkau kesadarannya lagi. Hampir frustasi karena pada akhirnya tubuhnya menyerah untuk berkata, "K-kau. Tentu saja k-kau."
Sunghoon tersenyum menang mendengarnya.
"Apa yang kau inginkan dariku, kakak ipar? Katakan, kau ingin aku berbuat apa?" bisik Sunghoon parau di sela tubuhnya yang bergolak untuk memuaskan Saemi, di sela napasnya yang tersengal dan terpacu cepat.
"A-aku. Aku ingin kau menyetubuhiku dengan keras.. a-aku ingin keluarhhh..."
"Jawabannya adalah iya, dan tentu saja. Aku akan memuaskanmu manis, aku akan memuaskanmu sampai kau tidak akan pernah bisa menemukan kepuasan yang sama dari siapapun. Terutama dari suamimu yang tak berdaya itu." Suara Sunghoon tercekat saat beberapa kali hentakan tak berjarak membawanya menuju puncak kenikmatan, seakan jiwanya dipukul dengan tabuhan percikan orgasme tanpa ampun.
Desahan nikmat dari keduanya membanjiri kekosongan ruangan, menjadi penutup panasnya gairah yang meluap lewat seks singkat di dalam dapur yang gelap. Kaki Saemi terasa lemas setelah mendapat pelepasan, dia nyaris tersungkur kalau saja Sunghoon tidak cekatan memeluk tubuhnya dari belakang.
Sunghoon kembali mengancingkan resleting celananya karena hanya itu yang sedari tadi terbuka. Sedangkan Saemi dengan separuh kesetanan cepat-cepat memakai kembali pakaiannya yang sudah ditanggalkan Sunghoon di bawah lantai.
Sunghoon menyerngit geli. "Bagus, cepat pakai celanamu kakak ipar, sebelum aku terangsang lagi dan kita berakhir di sini sampai pagi. Kau tidak mau suamimu tahu tentang ini, 'kan?"
Saemi tidak menjawab, memilih mengabaikan tatapan lelaki itu. Mata Sunghoon menyala membara di tengah kegelapan. Dia mengandahkan dagu Saemi dalam tatapan berkabut penuh nafsu. Kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Saemi. "Tidak ada yang senikmat ini sebelumnya, hanya kau, kakak ipar."
Sunghoon sedikit menampar pipi Saemi. Kemudian senyum jahat terulas dari bibirnya. "Apa yang akan suamimu lakukan jika dia tahu selama ini aku berhasil menggaulimu secara sukarela?"
GUILTY.
4th story about saemhoon i have write on wattpad. Just follow my rules and happy reading♡
Salam hangat penulis
Sugardimpels_

KAMU SEDANG MEMBACA
Guilty
FanficDalam dunia yang penuh dengan kebingungan dan pertentangan, Sunghoon dan Saemi adalah dua jiwa yang saling membutuhkan. Sunghoon membutuhkan Saemi, dan Saemi dengan caranya sendiri membutuhkan Sunghoon. Percikan api gairah yang bergejolak di antara...