Prolog

1.2K 141 7
                                    

Hari yang begitu cerah bagi laki-laki berusia 21 tahun yang baru saja menjadi pengangguran setelah mengundurkan diri dari minimarket tempatnya bekerja. Dengan sekaleng kopi dingin ia tersenyum, berjalan di atas trotoar rusak, membayangkan pekerjaannya setelah ini akan menghasilkan gaji 10x lipat dari pekerjaan sebelumnya, ditambah lagi dengan berbagai bonus yang akan ia dapatkan. Tuhan sedang berbaik hati kepada pemuda penuh karma baik yang sayangnya tinggal seorang diri setelah kepergian kedua orang tuanya. Setidaknya setelah ini ia bisa mencicil hutang-hutang yang ditinggalkan mendiang orang tuanya. 

Tiba di rumah sederhana miliknya, ia mendapati temannya sudah menunggunya di depan sebuah mobil mewah. Pria yang rambutnya di cat berwarna pirang dengan pakaian rapi yang melekat di tubuhnya yang atletis.

"Udah sampe aja lo, Chirs!" Minho mengampiri pemuda yang ia panggil Chirs itu dan langsung memberikan tos.

Minho tidak terlalu ingat kapan terakhir kali ia melihat teman SMA-nya ini. Dan random sekali beberapa hari yang lalu mereka bertemu di minimarket tempat Minho bekerja. Saat itu Chris tampak begitu frustasi, setelah mengobrol sebentar akhirnya Minho tau bahwa Chris adalah supir bagi seorang bocah SMP yang berasal dari keluarga kaya raya.

Chirs sedang diberikan tugas tambahan untuk menemukan seorang yang bisa mengawasi, menemani, membantu, dan mendidik bocah SMP itu. Minho pikir itu adalah tugas yang cukup mudah. Menjadi asisten pribadi bagi seorang bocah, tadak akan sulit. Jika bocah itu tidak mau menurut dan suka melawan maka Minho akan memarahinya dan memberinya pembelajaran, bukan?

"Lo beneran sanggup jadi asistennya tuan muda, kan?" Chris bertanya, ia terlihat cukup ragu.

"Emang kenapa bisa gue ga sanggup? cuma nemenin bocah SMP doang!" ucap Minho. Mana mungkin ia tidak sanggup jika mendengar tawaran ini saja ia langsung mengundurkan diri dari minimarket. 10 kali lipat  dari gajinya, mana mungkin ia tolak.

Chirs meringis melihat Minho yang terlihat begitu percaya diri. "Bocah SMP yang lo bilang itu bukan bocah sembarangan."

Minho terkekeh lalu merangkul pundak teman lamanya. "Tenang aja, gue yakin itu bocah ga akan berani macem-macem sama gue."

"Semoga aja. Kelakuannya terlalu ajaib untuk diremehin."


Little BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang