5. Bocah Overthinking

531 95 15
                                    


Hyunjin sedang memikirkan alasan apa yang harus ia gunakan untuk membolos kali ini. Kepalanya ia ketuk-ketuk dengan pulpen, berharap otak encernya segera berfungsi. Pura-pura kambuh? tidak. Hyunjin tidak yakin apakah ia bisa menahan tawa saat akting sesak napas. Pura-pura pusing? hmm. Apakah alasan itu cukup agar ia bisa membolos? Atau haruskah ia bolos terang-terangan saja? Langsung keluar kelas tanpa izin misalnya?

Atau haruskah dirinya menyerah dan mengikuti pelajaran hari ini dengan baik? baru 10 menit setelah bel masuk berbunyi dan dirinya sudah sangat bosan. Ah... sepertinya ia memang harus membolos saja, mumpung guru belum datang. Pantatnya baru saja terangkat dari kursi ketika wali kelasnya datang dengan anak yang masuk dengan kemeja putih polos. 

"Ngapain tu anak disini?" Hyunjin bergumam tanpa sadar. Ia kembali mendudukkan pantatnya. Kedua tangannya ia lipat di atas meja dan segera menumpukan kepalanya. Ia tidak tertarik. Sangat tidak tertarik dengan perkenalan murid baru di depan sana. Tidur lebih baik.

"Halo semua, kenalin gue Felix."

.

.

.


Setelah gagal membolos ternyata kesialan Hyunjin berlanjut. Bel istirahat baru saja bedering dan kini mejanya dipenuhi oleh teman-temannya, well ... anggap saja mereka semua mau berteman dengannya. Anak-anak ini sudah seperti fans yang berkerumun untuk meminta tanda tangan. Bukan dirinya yaa. Anak-anak ini menggila pada Felix.

Yup. Benar sekali. Murid baru ini duduk dengannya di bangku pojok paling belakang karena hanya itu yang tersisa. Hei! Hyunjin ingin keluar saja tidak bisa! lama-lama dirinya akan kambuh sungguhan karena oksigen disini menipis. 

"WEH MINGGIR WOI! GUE MAU KELUAR, LO PADA MINGGAT SANA!"

Seketika riuh itu berganti sunyi, Hyunjin meneguk ludahnya kasar melihat bagaimana tatapan sinis merka, ya kalau tidak menyukai dirinya kenapa terang-terangan sekali sih? Hati lembutnya kan juga bisa sakit!

"Oh ya, gue belum kenalan sama lo. Kenalin gue Felix."

Hyunjin memutar bola matanya ketika si Felix Felix ini memberikan smirk padanya, dia pikir dirinya keren, huh? Dan kenapa sekarang anak itu tersenyum! Palsu! Hyunjin benci.

"Gue gamau kenalan sama lo!" Hyunjin menjawab dengan santai namun ia memasang tatapan tajamnya.

"Udah Lix, orang kayak dia gausah dibaikin."

"Gatau diri, masih mending diajak kenalan."

"Kan katanya gabutuh temen!"

"Si paling gabutuh temen!"

Sudah jelas kan sekarang, tidak ada yang menyukainya di kelas ini. Ya.. Hyunjin tidak masalah sih... kan memang dirinya yang membuat mereka tidak suka. Tidak masalah bagi Hyunjin yang memang terbiasa ditinggalkan seorang diri.

"Terserah lo pada mau ngomong kayak gimana, bebas! tapi tolong jangan nyusahin gue! gue mau keluar, jadi awas!"

Dengan begitu mereka menyingkir memberi jalan dan Hyunjin dengan tololnya malah berlagak seperti seorang pangeran yang tengah berjalan di red carpet. 

Hyunjin pergi ke kantin seorang diri. Memesan mie ayam lalu mencari tempat duduk yang sedikit jauh dari bangku-bangku lainnya. Sekarang mie ayam dan air putih sudah ada di hadapannya. 

"Love of my life...." Hyunjin bergumam sambil menatap mie ayam dengan tatapan memuja.

Satu suapan dirinya tersedak, membuat wajahnya memerah. Penyebabnya adalah anak dengan senyum sok manis yang kini duduk di hadapannya. Hyunjin lapar, butuh mie ayam, tidak bisakah dia menikmati sarapannya dengan damai?

Little BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang