Kondisi Amor kian parah karena sempat jatuh pingsan dan baru diketahui esok harinya saat pembantu hendak membersihkan kamar. Tubuh Amor begitu lemas dengan wajah pucat. Saat ditanya, Amor tidak bisa merespons. Lantas Amor segera dilarikan ke rumah sakit.
Pembantu Amor segera menelepon Pak Evas yang ternyata di luar kota. Wanita itulah yang akhirnya menjaga majikannya. Sebelumnya, dia tidak pernah melihat Amor dalam kondisi kacau seperti itu.
Brak....
"Kenapa Amor?"
Wanita paruh baya itu sontak menoleh. "Ibu pingsan, Pak."
Evas bergegas mendekati ranjang dan melihat wajah Amor yang pucat pasi. Dia menggenggam tangan wanita itu yang terasa dingin. Lantas Evas memeluk Amor. "Amor...."
"Saya permisi, Pak." Pembantu Evas segera keluar. Dia sangat lega saat majikan lelakinya telah kembali.
"Amor," panggil Evas sambil mengguncang pundak istrinya.
Amor yang sebelumnya terlelap karena obat, mulai membuka mata. Aroma yang sangat dia kenal mulai masuk ke hidungnya. Sayang, pikirannya tertuju ke foto yang dia terima.
"Amor...." Evas mengurai pelukan dan menatap mata Amor yang bengkak. "Kenapa, Sayang?" tanyanya sambil mengusap kantung mata Amor yang mengkilat.
Tubuh Amor begitu lemas. Tetapi, pikirannya masih bekerja. Rasanya dia ingin memaki lalu meminta penjelasan. Sayang, tubuhnya tidak mendukung.
"Kamu kecapekan, pasti," ujar Evas sambil mengusap lengan Amor naik turun.
Tindakan itu membuat Amor semakin sakit hati. Evas terlihat begitu khawatir. Andai belum melihat foto-foto itu, pasti dia sangat memercayai. Sayang, sekarang pikirannya terbagi. Dia jadi curiga jika Evas adalah pemain handal.
"Udah makan?" Evas menoleh ke makanan yang tertutup plastik yang masih rapi. "Makan, ya. Aku siapin."
Tidak ada respons dari Amor. Air matanya mulai turun ke samping. Dia memandang Evas yang dengan sigap menyuapinya.
"Ayo, makan," ujar Evas lembut.
Amor hanya diam. Evas mulai bingung dengan sorot mata Amor yang tampak berbeda. Tidak biasanya wanita itu lebih dingin.
"Apanya yang sakit?" tanya Evas.
"Hati."
"Maksudnya?"
"Hiks...." Amor tidak bisa menahan tangisannya lagi.
Evas meletakkan piring ke nakas lalu membungkuk. "Kenapa?" tanyanya sambil mengusap puncak kepala Amor lebut.
Kedua tangan Amor terkepal erat. Dia seperti sedang mengumpulkan tenaga untuk mendorong kepala Evas. Tetapi, seperti ada tangan lain yang menahan tubuhnya bergerak.
Amor hanya bisa menangis, sambil terbayang foto yang diterima. Entah, siapa pengirim foto itu, dia ingin berterima kasih karena telah membuka kedok suaminya. Sekarang, dia bingung harus memercayai siapa.
***
Seharian Evas menemani Amor. Selama itu, Amor sama sekali tidak berbicara. Dia berusaha tidur, meski susah. Jika sudah begitu, Amor pasti akan kembali menangis.
Kreek....
Mata Amor yang sebelumnya terpejam, perlahan terbuka. Dia menoleh ke kiri, melihat Evas yang duduk di kursi. Kemudian dia menatap langit-langit.
"Katanya, mama kemarin ke rumah, ya?" tanya Evas hati-hati. Dia merasa, kondisi Amor seperti ini karena kedatangan mamanya.
"Ehm...." Amor berdeham, membasahi tenggorokannya yang terasa kering. "Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATI
RomanceNamanya Amor. Delapan tahun menjalani kehidupan pernikahan, tapi belum memiliki momongan. Dia terus terusik ibu mertuanya yang terus menanyakan keturunan. Sementara suaminya, Evas, mulai terlihat ada tanda-tanda menduakannya. Apakah Amor bisa mempe...