Sesuai janji Evas, Sabtu kali ini dia datang ke tempat Norin. Dia izin akan menemui koleganya ke Amor. Wanita itu tidak curiga sama sekali. Bahkan, menyiapkan pakaian untuknya. Evas nanti tinggal bilang, jika acaranya agak lama.
"Kamu izin gimana ke istrimu?" Norin keluar dapur dengan nampan di tangan. Dia menatap lelaki yang mengenakan setelan rapi lengkap dengan rambut yang disisir ke samping.
"Kamu nggak perlu tahu."
Norin meletakkan secangkir kopi di meja lalu duduk di sebelah Evas. "Aku nggak mau, ya, di tengah malem kamu pulang."
"Enggak. Tenang aja."
"Gitu, dong!" Norin menyandarkan kepala di pundak Evas. "Minum dulu kopinya."
"Nanti." Evas melingkarkan tangan ke pundak Norin.
"Amor sakit apa?"
"Kecapekan biasa. Sekarang udah sembuh."
Norin lega mendengar itu. "Pasti capek habis jalan-jalan di mal itu," keluhnya. "Kamu belanjain habis-habisan."
Evas mengangkat dagu Norin agar menghadapnya. "Kamu juga udah aku belanjain. Masih kurang?"
"Enggak, sih!" Norin mendekap Evas lebih erat.
Drtttt.... Tiba-tiba terdengar getar ponsel.
Norin dan Evas sama-sama menoleh ke meja. Benda persegi panjang itu bergetar dan memunculkan emoticon topeng. "Bentar, orang teater ini." Norin mengurai pelukan lalu mengangkat panggilan.
Evas mengambil secangkir kopi yang tersaji dan menyeruputnya pelan. Dia mengeryit merasakan kopi itu cukup manis. Setelah itu dia memperhatikan Norin yang tersenyum lebar kala mendengar suara di telepon.
"Oke! Gue ke sana!" ujar Norin lalu memutuskan sambungan. Dia mendekati Evas lalu menepuk pipinya pelan. "Bakal ada teater lagi."
"Oh, ya?"
Norin mengangguk. "Biasanya libur agak lama. Tapi, kali ini enggak." Seketika dia berdiri dan menarik tangan Evas. "Kamu harus nemenin."
"Nggak bisa aku tunggu di mobil?" Evas tentu khawatir ada yang mengenalinya kemudian melaporkan ke Amor.
"Anak-anak nggak tahu kamu udah beristri!" ujar Norin. "Kalau nggak mau, tunggu di mobil, deh! Gimana?"
Evas tampak menimbang-nimbang. Tetapi, ada sesuatu yang mengenai bibirnya. Dia menatap Norin yang menatap memohon. "Oke, aku tunggu mobil."
"Gitu, dong! Bentar aku siap-siap dulu!" Norin berjalan cepat ke kamar. Dia tidak sabar mendengar kabar perannya nanti.
***
Entah sudah berapa kali, Evas parkir di sisi belakang gedung teater. Padahal, area itu difungsikan untuk meletakkan bekas properti atau material baru keperluan teater. Tetapi, dia selalu memakirkan mobilnya di sana saat akan menjemput Norin.
Lima menit yang lalu Norin masuk ke gedung. Evas berharap Norin segera kembali. Bagaimanapun, dia tidak tenang. Meski Norin selalu meyakinkan jika tidak ada masalah.
Evas duduk bersandar lalu mengeluarkan ponsel. Dia melihat beberapa pesan masuk, salah satunya dari Amor. Tanpa pikir panjang, Evas menghubungi wanita itu.
"Gimana, Sayang? Udah selesai?" tanya Amor antusias.
"Belum, nih."
"Terus, kok bisa telepon?"
"Biar kamu nggak khawatir," jawab Evas tidak sepenuhnya berbohong. Memang jika seseorang memiliki rahasia dan ada kesalahan, pasti hidupnya tidak akan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATI
RomanceNamanya Amor. Delapan tahun menjalani kehidupan pernikahan, tapi belum memiliki momongan. Dia terus terusik ibu mertuanya yang terus menanyakan keturunan. Sementara suaminya, Evas, mulai terlihat ada tanda-tanda menduakannya. Apakah Amor bisa mempe...