Acara ulang tahun Dewo kian meriah kala salah satu penyanyi ternama menyumbangkan lagunya. Sebagian tamu undangan seketika berdiri dan ikut bernyanyi sambil merekam dari kamera ponsel. Sebagian tamu yang lain memilih duduk dan menyantap makanan.
Amor dan Evas yang tidak begitu update penyanyi ibu kota memilih memakan makanannya. Amor memilih memotong risol dan memakannya dengan garpu. Sambil sesekali menatap orang-orang yang bernyanyi.
"Kamu nggak ikut nyanyi?" bisik Evas.
"Mana aku tahu."
"Banyak kok orang yang nggak tahu, tapi coba nikmatin."
Amor menatap suaminya yang memperhatikan orang-orang yang bernyanyi itu. "Emang boleh kalau aku joget-joget gitu?"
Evas sontak menatap Amor. "Jangan, deh. Nanti mereka tahu pesonamu," jawabnya sambil mengusap dagu Amor. "Kamu boleh lakuin itu kalau di rumah."
"Dasar!" Amor mendengus lalu menghabiskan makanannya.
"Bentar lagi balik, ya. Tapi, pamit Dewo dulu."
"Oke!"
Musik perlahan berubah menjadi tempo lambat. Lampu yang sebelumnya menyala terang, kini berubah menjadi agak redup. Amor dan Evas menoleh ke bagian depan, masih terlihat penyanyi wanita itu di sana.
"Eh, itu Dewo," ujar Evas saat melihat Dewo menempati tempat duduk paling depan. "Ayo, Sayang!"
Amor mengambil tisu dan mengusapkan tangannya. Setelah itu dia berdiri dan mengikuti sang suami.
"Gue pamit dulu!" Evas menyalami Dewo.
"Kok buru-buru?"
"Gantian sama yang lain," jawab Evas karena tamu terus berdatangan. "Happy birthday," lanjutnya kemudian melepas genggaman.
Amor ikut menyalami Dewo. "Selamat ulang tahun," ujarnya sopan.
"Makasih, ya!"
"Duluan!" Evas melambaikan tangan lalu menggandeng Amor keluar. Kemudian ada seseorang yang menghadang dan menyerahkan bingkisan. "Terima kasih," jawabnya lalu menyerahkan ke Amor.
Amor menerima kantung kecil yang dia tebak isinya parfum. "Kita langsung pulang?"
Evas menoleh. "Mau ke mana lagi?"
"Kali aja sekalian nginep di hotel."
"Kita nggak bawa baju."
"Emang perlu baju?"
"Hei!" Evas memperingati Amor yang tersenyum samar itu. "Lain kali kita nginep sini. Sekarang pulang aja."
"Ya udah!" Amor mengeratkan genggaman dan mengikuti suaminya.
Begitu sampai luar, kondisinya masih sangat ramai. Ada beberapa mobil yang berbelok hendak masuk. Ada juga yang antre untuk keluar hotel. Belum lagi, beberapa orang yang sepertinya tamu undangan masih berdiri di dekat pilar.
"Saya sudah di luar, ya!" Evas menghubungi sopirnya.
Amor melihat Evas yang memasukkan ponsel lalu menatap depan. Dia lalu mengedarkan pandang, melihat beberapa wanita yang juga mengobrol di luar. Dilihat dari pakaiannya, sepertinya mereka bukan orang sembarangan. Mereka juga terlihat pintar.
Perhatian Amor lalu tertuju ke beberapa orang yang berkumpul di sebelah kiri dan tengah merokok. Hingga, dia melihat postur seorang lelaki bertubuh tinggi dengan bahu lebar. Rambut lelaki itu agak panjang melebihi krah, tapi sepertinya lelaki itu tampan.
Entah, lelaki itu merasa sedang diperhatikan atau apa, tiba-tiba dia menoleh. Amor tersentak kaget, melihat lelaki yang tadi memberinya kursi. Tidak tahu harus berbuat apa, dia segera membuang muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MI AMOR: WANITA YANG DIKHIANATI
RomanceNamanya Amor. Delapan tahun menjalani kehidupan pernikahan, tapi belum memiliki momongan. Dia terus terusik ibu mertuanya yang terus menanyakan keturunan. Sementara suaminya, Evas, mulai terlihat ada tanda-tanda menduakannya. Apakah Amor bisa mempe...