Assalamu'alaikum...
Aku kembali, Enjoy yaa...
Jangan lupa vote dan komennya.
⚠️ Cerita hanya fiktif belaka ⚠️🌷🌷🌷
Sudah tiga hari aku di rumah mertua, rumah luas yang ditempati Abahyai dan Umi Himmah ini bernuansa klasik bercampur modern, kata Umik ndalem yang klasik ini bangunan sejak jaman buyutnya Abah, tidak pernah dirubah hanya sesekali dibenahi tanpa merenovasi desainnya.
Sedangkan bangunan modern baru dibangun sejak mas Agham menginjak bangku perkuliahan, sengaja dibangun untuk ditempati mas Agham dan istrinya kelak sebagai hadiah dari Abahyai dan Umik.
Rumah yang kutempati atau rumah modern ini berada tepat disampingnya rumah mertua, tidak ada sekat antara rumah kuno dengan yang modern, dalamnya dibuat seakan satu rumah, padahal jika dilihat dari luar terlihat seperti dua rumah berdempet dengan model yang terpisah dan dua pintu utama.
Kedepannya nanti, mas Agham akan mulai aktif mengajar baik dipesantren, maupun di universitas milik wonocolo tempatnya menjadi dosen sejarah islam. Mas Agham juga mulai menghadiri beberapa undangan seminar baik dalam kota maupun luar kota.
Sedangkan aku juga sudah mulai masuk kuliah dengan ditambah turut membantu Umi Himmah mengurus Al-Hikam putri, bersama Ning Fatim dan Ning Helwa kakak perempuan mas Agham yang tinggal dilingkup Al-Hikam, tidak seperti beberapa kakak mas Agham yang tinggal bersama mertua dan diminta mertuanya fokus pada salah satu unit pesantren di wonocolo, beberapa kakak laki-laki mas Agham yang lain malah sudah punya unit pesantren masing-masing di wonocolo, bahkan ada yang sampai berjuang di kota lain.
Setiap pagi selepas qiyamullail aku dan mas Agham sudah langsung berpencar menuju pesantren, mas Agham di Al-Hikam putra sedang aku di Al-Hikam putri untuk memantau kinerja para pengurus dan sedikit membantu membangunkan santri yang susah dibangunkan.
Aku akan di pesantren sembari menunggu adzan subuh, subuh aku akan ikut jama'ah bersama para santri dengan umi Himmah sebagai imamnya. Selepas subuhan dan sedikit wirid aku baru pulang guna menyiapkan sarapan untuk mertua dan suamiku yang baru akan pulang setelah dhuha.
Aku tidak ikut membantu menyimak setoran santri putri selepas subuh karena memang tugas Ning Fatim yang membantu umik, tugasku menyimak hanya sehabis maghrib bersama Umik, juga ning Helwa yang biasanya akan disambung fami bisyauqin sesudah jama'ah Isya' yang dipimpin langsung oleh umi Himmah.
Kegiatan Al-Hikam putri dengan putra memang berbeda, karena Al-Hikam putra fokusnya pada kitab salaf dan diniyyah, sedang Al-Hikam putri fokus pada keduanya baik kitab salaf maupun Al-Qur'an, semua santri putri Al-Hikam memang rata-rata Hafidzah karena asalnya Al-Hikam putri ini pondok Qur'an, tapi seiring berjalannya waktu banyak juga santri putri yang hanya mengambil diniyyah tanpa ambil tahfidz. Tapi tetep saja untuk kegiatan fami bisyauqin semua santri putri baik yang tahfidz maupun tidak tetap harus turut serta, karena ini kegiatan wajib.
Umi Himmah mengatur agar aku membantunya di pondok putri hanya pada malam hari, karena pagi harinya aku masih harus kuliah, tapi kalau masalah memasak memang aku sendiri yang tidak keberatan menangani semua menu makanan untuk mertua dan suamiku.
Usai semua masakan siap, aku langsung menuju kamar untuk berwudhu dan menyiapkan pakaian mas Agham yang akan dikenakan untuk mengajar, aku melakukan dhuha dan lanjut murroja'ah. Kudengar mas Agham salam dan membuka pintu, aku langsung mendekat guna mengecup tangannya.
Tanpa bicara, mas Agham langsung masuk ke kamar mandi, mas Agham memang lebih banyak diam akhir-akhir ini, kesibukan bisa saja menjadi faktor utama kita jarang bicara panjang lebar, atau mungkin ada faktor lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alghana
SpiritualAlghana, The Journey in Al-Hikam... Alzena Naufas Saniyyah, Sesuai namanya dia setia dan bersinar. Tapi, apa dia akan tetap berperilaku sesuai arti namanya? Setelah dia menjadi istri dari Gus Agham -Azad Ghamiil- yang mempunyai dinasti kokoh sejak...