Gue kuliah di salah satu kampus di Sulawesi Selatan, dan gue berasal dari Papua. Tapi gue bukan asli sana, keluarga gue hanya perantau. gue aslinya dari Sulawesi Tenggara, dan lucunya gue yang nitabennya perantau di Papua dan gue merantau di Sulawesi Selatan dengan tujuan kuliah.
Jurusan Teknik Sipil, bukan pilihan gue. Terus, kenapa gue malah nyasar di Teknik Sipil? karena itu jurusan pilihan bapak gue. Tapi jangan dicontoh, kalau kalian punya jurusan pilihan sendiri itu lebih baik. Karena sangat sulit menjalani sesuatu yang bukan menjadi pilihan sendiri.
Ibaratnya gini, kalian tau batasan kalian atau dengan kata lain kemampuan kalian, tapi kalian tetap nekat buat mejalani sesuatu yang jelas kalian tau diri kalian ga bisa atau ga mampu, pasti sangat sulit.Jadi itulah yang terjadi pada diri gue.
Menjadi anak rantau cukup sulit, mau tidak mau suka tidak suka harus beradaptasi dengan lingkungan baru, bahasa baru, jenjang pendidikan baru yang banyak orang berkata "beda banget masa SMA dan masa Kuliah", dan pokonya masih banyak lagi.
Awal merantau, gue tinggal bareng teman SMA gue, tapi gua ga terlalu dekat sama dia. Semester1 semua berjalan tidak baik baik saja, begonya gue ga tau ternyata jurusan gue ada Laboratoriumnya, jangan pikir hanya jurusan kesehatan yang mainnya di Lab, jurusan Teknik juga lohh. Jadi gue bener bener ga ada persiapan mental maupun fisik, asal cebur aja, ngikut arus gitulah. Lab pertama buat gue, terbanting, terjungkal, tersandung dan terbantai. Bisa dibilang Semester1 isinya nangis nangis, punya asisten yang disiplin.
Lu telat, lu diusir. lu telat, lu buat janji baru. tulisan lu ga rapi, lu denger sobekkan kertas. Gue hampir menyerah, beruntungnya teman kelompok gue baik dan sabar dengerin tangisan gue. Karena deretan drama di lab pertama gue akhirnya gue dikenal hampir satu angkatan gue, bahkan di kalangan Asisten. Sedihnya, karena gue yang sering nangis membuat beberapa teman angkatan gue ga suka sama gue, bukan hanya ga suka bahkan meremehkan gue secara terang terangan, itu cukup mempengaruhi mental gue. Tapi seiring berjalannya waktu gue mulai ga peduli, jadi "Lu hanya punya dua tangan dan itu tidak cukup untuk menutup banyaknya mulut yang ngatain lu, tapi lu punya dua tangan yang bisa lu pakai buat menutup kedua telinga lu" kalian bisa menerapkan hal ini, agar terus melangkah.
Sekarang gue sudah beradaptasi, karena beberapa teman gue dan tentu karena Abang gue yang sama sama kuliah di sini. Untuk kalian yang mungkin sama kek gue, anak rantau. Semangat yaa, jangan menyerah seberat apapun yang kalian alami, selalu ingat Tuhan dan keluarga kalian. Kita hebat sudah bertahan sampai sejauh ini, jangan lupa berterimakasih pada orang terdekat kalian dan terutama pada diri sendiri.
Next... 3. CIRCLE DUNIA PERKULIAHAN
KAMU SEDANG MEMBACA
let me tell you a story
Non-FictionBanyak hal yang terjadi dalam hidup gue, dan di sini, gue ingin bercerita. Punya banyak teman, bukan berarti punya temat untuk bercerita. Terdengar menyedihkan, tapi itulah pilihan gue. Selamat membaca, semoga bermanfaat walaupun gue sendiri gak yak...