Cahaya terang dari lampu ruangan bernuansa putih abu membuat Queen mengerjapkan matanya pelan.
Semua yang dia lihat masih terlihat buram, dengan sisa tenanganya, Queen terduduk tapi sebelum itu, sudah ada yang mencekal tubuhnya agar kembali terbaring
"Kau belum pulih dek, tidurlah" titah Devan yang ada di sisi brankar dimana Queen berada.
Saat ini, dia berada di UKS, kepalanya masih begitu pusing, tubuhnya sangat lemah, sungguh benturan yang diberika Riska tidak main-main rasanya.
"Kakak sudah makan?" Tanya Queen pelan.
Hal itu membuat hati Devan gundah, dia menyesal karena lalai dalam menjaga adek kesayangannya. Dengan hati-hati, dia menggenggam tangan Queen seraya memberikan dukungan agar adeknya itu bisa cepat pulih.
Sungguh, jika seandainya bisa terjadi, Devan ingin rasa sakit yang di alami Queen bisa diberikan kepadanya saja. Dia tak apa kalau dia yang sakit, tapi jangan kepada adeknya.
Hingga tak lama berselang, suara cekalan pintu terbuka, menandakan bahwa ada seseorang yang masuk. Seperti bukan satu orang saja, tetapi banyak.
"Queenn" teriak Alletha dengan berdurai air mata, dengan sigap dia memeluk tubuh lemah sahabatnya itu dengan pelan. Bahkan saat ini, pundak Queen sudah basah karena air mata Alletha tak berhenti keluar.
"Kan aku udah menawarkan diri untuk menemanimu, lihat sekarang! Kau terluka." Lirih Alletha dengan air mata yang terus keluar, bahkan saat ini, mata, hidung, bahkan alisnya kini menjadi merah karena terlalu lama menangis dari luar UKS
Sementara yang lain hanya diam, sambil menunggu untuk bisa berbicara dengan Queen perihal apa yang menimpa Gadis malang itu di toilet tadi.
Hingga tak berselang lama setelah itu, muncullah Agatha dengan ekspresi yang tidak bersahabat. Tangannya terkenpal kuat, bahkan benjolan dari urat lehernya pun sangat kentara.
Semua orang yang ada di UKS termasuk Queen, ikut heran ketika melihat ekspresi sahabat sekaligus orang yang dia cintai itu. Jika yang lain terlihat khawatir, beda halnya dengan Agatha yang terlihat seperti ingin membunuh orang.
Agatha masuk ke dalam UKS, "gw udah dapat bukti pelaku yang mencelakai Queen" ucap Agatha dengan serius.
Mendengar itu, membuat Devan dengan sigap berdiri dan menghampiri Sahabatnya itu. Dia memegang kedua pundak Agatha, "beritahu gw, siapa orang itu?" tanya Devan dengan ekspresi tak kalah serius juga.
Agatha menyodorkan tangannya, dan langsung di ambil oleh Devan. "Itu kartu memori dari rekaman cctv di toilet saat Queen dilukai-"
"-gw pergi ke ruang BK sekarang" ucap Devan memotong perkataan Agatha.
"Gw ikut" teriak Alletha dan langsung pergi menyusul kakak dari sahabat masa kecilnya itu. Sungguh dia tidak akan memberikan ampun ketika Alletha sudah tau siapa pelaku itu.
Agatha menoleh ke arah seorang gadis yang terbaring lemah di atas brankar UKS, dengan langkah pelan dia duduk di kursi yang di tempati oleh Devan tadi.
Agatha menggenggam tangan mulus Queen dengan pelan. Di usapnya dengan penuh kasih sayang, tak lupa dia mengecup punggung tangan gadis itu sangat lama, dengan mata yang terpejam sedangkan Queen hanya tersenyum tipis.
Galaxi yang menyaksikan itu hanya merinding. "Bucin salah tempat" sindirnya. Sedangkan teman yang berada di sampingnya hanya memutar bola matanya malas, "iri bilang" sahut Rayen yang membuat Galaxi melotot ke arahnya.
Lyora yang melihat itupun tertawa kecil, yang membuat hati Queen menghangat, gadis pemalu itu sudah mulai terbuka kepadanya dan juga teman-temannya.
Disaat Lyora yang tertawa geli ketika melihat dua anak remaja yang saling sindir, beda halnya dengan Flora yang hanya diam sambil melamun. Entah pergi kemana fikiran Flora saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/352623793-288-k706273.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
QueenAgantha [Bertahan Untuk Hidup]
JugendliteraturCover by pinterest Kisah ini akan menceritakan bagaimana kehidupan seorang gadis yang bertahan untuk hidup demi mengetahui bagaimana rasanya disayangi oleh orang yang dia anggap sebagai keluarga ataupun sebagai rumah. Setiap manusia pasti memiliki...