🍁 Maple Leaf 🍁
.........
.
."Daren, huh?" Lagi-lagi Audrey menyerangnya begitu ia baru saja menginjakkan kaki di kampus. Mata Audrey masih mengikuti pergerakan Daren menuju mobil.
Hannah tersenyum samar tidak menjawab, sebab tahu Audrey sudah mendapat jawabannya sendiri.
"Siang nanti apa giliran Karel yang menjemput?" Tanya Audrey lagi.
Itu bukan pemandangan aneh bagi Audrey, ia hanya sedang menggoda Hannah. Masih saja heran mengapa Hannah tidak menaruh rasa kepada salah satu diantara mereka.
Ketika awal-awal masuk kuliah, Audrey sempat mengira Karel adalah kekasih Hannah. Setiap hari selama hampir 2 minggu Karel bolak balik mengantar dan menjemputnya. Tapi hari berikutnya giliran Daren yang muncul. Audrey menjadi sedikit bingung, apa mungkin Hannah punya dua kekasih? Sebab setahunya Hannah tidak punya kakak maupun adik. Barulah ketika ia memberanikan diri bertanya, Hannah menceritakan tentang kedua sahabatnya.
...
Pukul 1 siang saat Hannah duduk di antara ramai senda gurau kantin kampus. Kedua tangannya menopang dagu dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang kacau sejak mendengar pertanyaan Audrey beberapa saat yang lalu.
"Yakin kamu gak punya perasaan lebih dari sekedar sahabat kepada Karel ataupun Daren?"Lagi-lagi pertanyaan yang sama. Hannah masih tidak punya jawaban bahkan untuk dirinya sendiri.
"Teman mana yang rela bolak balik demi mengantar dan menjemput? Bahkan ketika mereka tidak punya jadwal kuliah?"
Hannah semakin bingung dibuatnya. Apa benar tidak semua teman siap melakukan hal seperti itu?
Tapi kan itu karena kami sudah bersama sejak lama, lagipula rumah kami berdekatan.
Hati kecil Hannah bersuara. Dalam benaknya tergambar jelas letak rumahnya dan rumah Karel yang berada di samping kanannya. Sedang rumah Daren tepat di seberang, ia bisa melihat dengan jelas setiap kali Daren bermain dengan Moli di halaman depan.
"Hannah.."
Si pemilik nama terkejut sampai setengah berdiri, membuat heran Karel yang baru saja tiba. Padahal ia memanggil Hannah dengan cara yang lembut.
"Semua baik-baik saja, kan?"
Hannah tidak langsung menjawab, sibuk memperhatikan Karel yang menarik kursi untuk duduk di sebelahnya.
"Hannah.." Karel menagih jawaban.
"Kamu kenapa?"
Akhirnya yang ditanya menggeleng cepat."Tidak apa-apa." Katanya. Ia pun kembali menyuap pasta yang sudah dingin di hadapannya.
Tangan Karel terulur mengelus kepala Hannah, sudah menjadi sebuah kebiasaan. Gerakan yang seringkali membuat hati Hannah menghangat. Daren dan Karel sering melakukannya saat butuh menenangkan Hannah atau sekedar gerakan refleks. Ia tidak protes, ia merasa nyaman-nyaman saja sebelumnya. Tapi entah kenapa kali ini ia merasa jengah, ada ketegangan dalam dirinya.
Jangan-jangan tanpa ia sadari, hatinya sudah menjadi milik salah satu diantara keduanya. Bersembunyi dibalik kata sahabat membuatnya tak dapat memilah. Berlindung dalam naungan kata aman dan nyaman, membuatnya tak tahu bentuk cinta sebenarnya.
Hannah kembali bertanya ketika sudah menyelesaikan satu suapan.
"Dimana Daren?"
Air muka Karel sedikit berubah, "ohh jadi kamu sejak tadi sedang memikirkan Daren?" matanya menyipit dengan tatapan menggoda Hannah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maple Leaf (Love & Life)
RomanceKarel, Hannah dan Daren dipertemukan dalam sebuah kisah yang tak sedetikpun mereka sesali. Memeluk sempurna bahagia, duka, tangis dan tawa layaknya memeluk diri sendiri.