Interlude: Azalea Carla

9 1 0
                                    

Interlude: Azalea Carla

..

..

Life After Life

..

..

Genre: Slice of life, magic, Drama, Gore

..

..

Happy Reading

..

..


Hujan, dan dia Azalea Carla duduk gemetar, gaun merah compang-camping dan tertutup lumpur melilit tubuhnya dengan tidak sempurna; bekas sobekan kain memperlihatkan kulit putihnya.

Karavan melaju di jalan sempit dan gelap, tanpa ada alat penerangan dan hanya mengandalkan insting kuat kusir agar tidak berguling ke jurang. Kebetulan tempat ini adalah tebing Valani, terletak lima kilometer dari kota Verandi, pusat pemerintahan Kekaisaran Aldebaran. Jalan yang di titi adalah jalan sempit yang telah di tinggalkan sejak perang Manusia-iblis ratusan tahun yang lalu. Pada awalnya, ini adalah jalan poros dan satu-satunya untuk menuju pelabuhan Arkodia. Namun karena kurangnya jaminan keselamatan bagi penggunanya jalan ini ditinggalkan.

Bagaimana tidak, di sebelah kiri jalan terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, bahkan kedalammnya hingga saat ini belum diketahui; di sebelah kanan adalah tebing tanah terjal dan landai. Barang siapa yang berani melewati jalan ini harus menyewa seorang pemandu kuda yang sangat baik.

Tercatat, sangat sedikit orang yang memiliki tingkat pemahaman hinga setingi itu untuk berani melewati tebing Valani. Satu di antara sedikit orang tersebut adalah Joseph, seorang veteran perang berusia empat puluh delapan tahun yang bertugas di skuadron penghantar perbekalan. Sebagai seorang veteran, dirinya telah menghadapi bahaya yang tak terhitung jumlahnya dan berkat itu pula dia telah mengembangkan kemampuan berkuda yang spektakuler. Dirinya mampu menembus berbagai jalan menuju medan perang demi mengisi perbekalan para prajurit, jadi jika itu hanya tebing Valani, ini tampak seperti berjalan-jalan ditaman bagi seorang Veteran.

Carla adalah satu-satunya penumpang di dalam karavan. Wajahnya mengerut kusut saat hidung yang merah diusap kasar oleh tangannya sendiri. Dia tidak dalam keadaan terbaiknya, sebagai seorang putri kerajaan Aldebaran namanya sewangi parash wajah yang anggun. Tidak sedikit lamaran dikirimkan untuknya meskipun usianya yang masih terbilang sangat muda, sembilan tahun dalam tiga bulan kedepan. Tetapi saat ini penampilannya lebih menyerupai mayat yang bangkit dari kuburan daripada putri raja. Bagaimana tidak, gaun merah mewahnya robek di berbagai tempat, kulit putih dan mulusnya memiliki ruam biru dan darah kering menempel di rambutnya yang berantakan. Dia baru saja mengalami neraka di dunia nyata.

Dia tidak peduli bagaimana tubuhnya terombang-ambing terseret oleh Karavan. Yang menjadi perhatiannya adalah menagis sepanjang perjalanan. Tidak peduli seberapa keras dia berusaha melupakannya, pemandangan itu akan kembali padanya ketika menutup mata. Istana kerjaan Aldebaran dibakar, seluruh pelayan serta pejabat di kumpulkan di depan alun-alun kota, lalu di bunuh di depan seluruh rakyat. Kepala-kepala tak bertubuh terpajang di seluruh penjuru kota dan semua orang bernyanyi gembira.

Itu adalah kudeta terbesar sepanjang sejarah Kerajaan Aldebaran. Di pimpin oleh Duke Lambert, menyakinkan semua masyarakat untuk turut serta dalam pemberontakan dengan mengedarkan informasi terlarang yang mengguncang kepemerintahan. Hasilnya Warga mendesak paksa penurunan takhta sesegera mungkin, dipicu oleh amarah dan kebencian tidankan anarkis dilakukan.

Life After LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang