Desas-desus

4 1 0
                                        

Desas-desus

..

..

Life After Life

..

..

Genre: Slice of life, magic, Drama, Gore

..

..

Happy Reading

..

..

Rumah sangat tenang. Panci mendidih bergoyang-goyang di atas perapian di tengah ruangan. Di depannya duduk wanita berambut abu-abu. Dia adalah Clarisse, ibuku. Dan di hadapannya adalah aku, perapian berada di antara kami.

Tidak ada yang perlu bicara. Atau mungkin lebih tepatnya tidak ada yang bisa dibicarakan. Tatapanku terfokus pada obyek pengamatan di depan mata. Aku tidak boleh mengacaukannya, ini adalah pertarungan hidup dan mati.

Dalam sepuluh menit aku tidak bergerak. Tetap di posisiku, menunggu waktu yang tepat. Kemudian ketika waktunya telah tiba aku mulai beraksi.

Dengan itu aku meraih benda di sisiku -- sebuah cangkir tanah liat dengan dedaunan kering di dalamnya. Tanpa mengatakan apapun, aku menungkan air hangat kedalam cangkir. Dan dengan gerakan mengalir yang seolah tanganku telah terlahir untuk melakukan ini, aku mengaduk isinya. Yang terakhir adalah menambahkan butiran-butiran putih mirip pasir ke dalamnya dengan takaran yang telah disesuaikan.

Aku mengulangi proses yang sama, kali ini dua cangkir tanah liat lainnya.

Tetap tenang, kataku pada diriku sendiri. Harum khas yang terasa nostalgia merayap di udara dan masuk ke hidungku. Ini sempurna.

"Sudah siap." Akhirnya aku mengumumkan, sambil memberikan satu cangkir pada ibuku dan yang lainnya untuk Milis di sebelahku.

"Mum! Hum!"

Aku menyesap sedikit. Inilah rasa yang sempurna. Meski masih ada cukup banyak kekurangan, tetapi rasa inilah yang telah ku cari-cari selama ini. Tidak ada yang lebih nikmat daripada minum teh hangat di suhu yang dingin. Tentunya Kopi lebih baik, namun kita hanya akan berpuas dengan hasil ini. Lagian harga untuk membeli daun teh kering sangat mahal karena ketidaktersediaan benda itu di sekitar. Ibu memerahiku karena menurutnya membuang-buang uang.

Milis tanpa ragu meminum teh yang ku berikan padanya. Malahan, dia sudah menantikannya sejak pertama kali melihat aku membawanya. Cara dia meminumnya dengan gerakan anggun tanpa celah menunjukan keakrabannya dengan pesta minum teh. Jika seseorang mengatakan dia adalah Putri raja yang hilang, aku akan dengan mudah mempercayainya pada momen itu. Di tambah keterampilan membacanya juga berasal pada tingkatan yang sama denganku. Sering kali aku merasa malu, bagaimana bisa aku dikalahkan anak berusia sembilan tahun! Apa aku memang sebodoh itu?

Sebelum aku menyadarinya, cangkirku sudah kosong. Ada rasa kepuasan dan ingin nambah yang sangat kuat di dalam diriku. Tetapi sebelum aku membuat satu lagi, aku memutuskan melihat Ibu.

Dia bukan tipe orang yang berbicara blak-balkan, dia juga kurang pandai dalam hal bercanda. Jadi tidak heran jika dia tidak mengatakan apapun saat menikmati minumannya. Hanya saja, menurutku dia terlalu pendiam saat ini.

"Lucie?"

Milis duduk tepat di sebelahku. Aku tidak memperhatikan tatapan penasarannya.

"Darimana kamu dapat ini?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Life After LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang