Sumire berdiri di sebuah tempat serba putih dan mendapati dirinya sendirian. Namun, keheningan tiba-tiba terpecah oleh kehadiran Kaito, yang muncul di depannya dengan tatapan yang penuh kekhawatiran.
Kaito memandang Sumire dengan mata yang mencerminkan kelelahan. "Kami hanya memikul beban balas dendam dari pada pendahulu sekte," ucapnya, suaranya terdengar berat. "Selama puluhan tahun, upaya kami dalam merencanakan mengambil kembali Nue dan membalas dendam pada Konoha adalah bagian dari warisan dari setiap orang tua kami."
Sumire merenung sejenak, menyadari betapa berat dan menyedihkannya perjalanan hidup. Mereka terus terhantui dengan balas dendam kepada Konoha yang telah berbuat hal kotor kepada para pendahulu sekte mereka.
Kaito menghela napasnya sejenak. "Kami tidak pernah benar-benar hidup untuk diri kami sendiri," tambah Kaito dengan suara yang penuh penyesalan. "Kami hanya mengikuti jejak pembalasan yang telah ditetapkan sejak awal."
Sumire mengangguk, memahami bahwa mereka melibatkan diri dalam perjuangan yang keras, sebenarnya tidak pernah memiliki kendali penuh atas hidup mereka sendiri.
Kaito melihat Sumire dengan serius. "Monster Iblis Nue di dalam dirimu sudah menyatu denganmu. Itu tidak dapat terpisahkan. Kau harus menjaga Nue hingga ketika kau menikah dan memiliki anak nantinya. Monster itu harus diwariskan kepada keturunanmu agar tidak kehilangan kendali dan menjadi ancaman yang mengerikan."
Sumire mengerti sebuah tanggung jawab yang sekarang ada padanya. Sumire mengangguk dan menjawab dengan tegas, "Aku memahaminya, Kaito. Aku akan memastikan bahwa Nue akan dijaga dengan baik. Nue bukan hanya milikku, tetapi juga menjadi bagian dari takdir dan sejarah yang harus dijaga."
Kaito dengan tatapannya berbicara untuk terakhir kalinya pada Sumire. "Aku meminta tolong padamu untuk keempat rekan sekteku yang telah mati. Buatlah pemakaman yang layak untuk mereka, meskipun aku tidak akan mendapatkan pemakaman itu. Mereka melewati masa-masa sulit karena keluarga terdahulunya mengalami pembunuhan massal oleh Konoha."
Sumire mengangguk lagi. "Aku akan memastikan Konoha memberikan mereka pemakaman yang layak. Kesalahan para pendahulu Konoha tidak akan pernah bisa ditebus oleh apapun, begitu juga setiap nyawa yang telah melayang akibat serangan sekte Iblis Hyoujou di Konoha."
Kaito tersenyum tipis di sana. "Terima kasih, Kakei Sumire..."
Sumire juga berbicara untuk terakhir kalinya di sana. "Ini bukan tentang siapa yang salah dan siapa yang benar, Kaito. Tetapi bagaimana kita bisa mengakhiri sebuah rasa dendam yang telah berakar dengan kuat. Demi membangun masa depan yang lebih baik, tidak terus berada dalam lingkaran siklus balas dendam yang tak berujung."
Setelah mengucapkan pesan terakhirnya, Kaito perlahan-lahan mulai menghilang, meninggalkan Sumire dalam keheningan yang sepi. Tubuh Kaito seperti perlahan lenyap dari pandangan Sumire di sana.
-
Matahari perlahan mulai terbit di ufuk timur, menciptakan langit pagi buta di musim dingin berwarna gelap kekuningan. Sumire berdiri di area tenda evakuasi pengungsian Konoha, yang terletak di sebuah bukit dekat dengan desa yang hancur. Pemandangan Konoha yang porak-poranda setelah pertempuran semalam suntuk yang mengerikan.
Di benak Sumire masih teringat pertemuan terakhirnya dengan Kaito. Seolah-olah terdengar suara angin pagi yang berhembus membawa memori yang kuat di pikirannya.
Boruto mulai muncul di samping Sumire, berdiri di bawah sinar matahari pagi yang baru terbit. Dia memandang Konoha yang hancur, menggigit bibirnya dengan rasa prihatin yang dalam.
Sumire menyadari kehadiran Boruto di sana dan menoleh padanya. "Boruto, saat jariku menyentuh bola energi di altar. Aku mendapat sebuah pengelihatan dimana Kaito menemuiku untuk terakhir kalinya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Boruto : The Last ( 2023 Version)
FanfictionDi dunia shinobi yang penuh dengan misteri, Uzumaki Boruto dan teman-temannya menghadapi tantangan besar. Saat sebuah organisasi jahat yang dikenal sebagai Sekte Iblis Hyoujou muncul, mereka harus menyelidiki serangkaian kejadian misterius yang meng...