Card 1

527 58 10
                                    

Park Jimin pemuda yang masih berkuliah di Seoul tengah berjalan lunglai. Sepulang kuliah ia harus mengerjakan tugas di perpustakaan kota dulu. Kini menjelang pukul 10 malam barulah ia sampai pada kamar atapnya.

"Jimin!"

Jimin yang hendak menaiki tangga menoleh pada seseorang yang memanggilnya.

"Ada apa noona?"

Jung Jiwoo pemilik rumah sewanya, kakak dari temannya Jung Hoseok. Perasaan Jimin tidak enak karena tidak pernah ada hal baik jika wanita itu memanggilnya.

"Apa besok kau libur?" Tatapan penuh harap Jiwoo membuat perasaan Jimin semakin gelap. Apa ia harus berbohong demi menyelamatkan dirinya?

"Jangan berbohong padaku Jiminie!"

"Aish. Baiklah, aku libur! Ada apa noona." Keluhnya.

"Eyyy jangan merengut seperti itu, jika kau membantu noona maka bulan depan kau tidak perlu membayar sewa."

Oh sungguh godaan yang mulai membelai batin Jimin untuk setuju.

"Apa?"

"Bisakah kau datang ke kedai noona di festival musim semi?" Jimin mengerutkan keningnya bingung.

"Aku tidak ingin diramal."

Jiwoo adalah seorang tarot-reader atau pembaca nasib melalui kartu tarot yang kerap membuka kedai setiap kali ada festival. Jika hari biasa maka ia akan membuka jasa di cafe sahabatnya.

"Bukan sebagai pengunjung Jimin tapi sebagai aku." Jimin semakin bingung.

"Ku mohon gantikan aku sebagai pembaca tarot disana." Mohon Jiwoo dengan binar memelasnya.

"Kau gila noona. Aku bahkan tidak tahu kartu apa yang kau pakai."

"Ku mohon Jiminie. Hanya satu hari, kalau kedaiku tidak buka maka esoknya akan ditempati orang lain. Tempat itu adalah tempat yang membawa keberuntungan maka kedai tarotku tidak boleh pindah kemanapun."

Jimin memutar matanya kesal, orang yang sudah ia anggap noonanya ini terlalu mempercayai peruntungan-peruntungan tidak jelas menurut Jimin. Bukankah semua tempat sama saja?

"Aku tidak bisa noona, kenapa tidak suruh Hoseok saja."

"Hoseok sedang berlibur Jimin. Tiga hari lagi baru kembali. Ku mohon hanya besok saja Jimin."

"Aku tidak mengerti tarot noona. Bagaimana jika aku salah memberitahu mereka?"

"Tidak masalah Jimin jika kau salah, tidak akan ada yang bisa menuntutmu tenang saja."

"Tapi aku yang masalah noona! Aku sama sekali tidak paham pekerjaanmu itu."

"Aku akan mengajarimu secara singkat. Kau pintar pasti tidak sulit memahaminya."

"Tanpa belajar pun aku bisa menyimpulkan, besok adalah hari sialku noona!"

"Hahahaha terima kasih Jiminie... Noona mencintaimu."

Jimin mendesah keras, jika Jiwoo sudah berucap maka tidak ada yang bisa menolak. Dan Jimin hanya berharap besok tidak akan ada pengunjung yang datang ke kedai Jiwoo.

.

.

.

"Yoongi, bisakah permainanmu lebih lembut lagi? Kau harus menyeimbangkan dengan alunan biolaku!"

"Itu sudah paling lembut yang ku lakukan."

"Bocah ini benar-benar."

"Jangan sok tua Seokjin, kau hanya lahir beberapa bulan lebih dulu daripada aku."

Cards Of Destiny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang