Card 5

302 47 16
                                    

Jimin pasti sudah benar-benar gila hingga membiarkan Min Yoongi menginap dan tidur diranjangnya. Sintingnya lagi dirinya tidur dalam pelukan lelaki itu.

Semua terasa nyaman hingga Jimin tak ingin terbangun. Kecuali saat pintunya diketuk dengan suara melengking yang mengiringi.

"Jiminie!! Jiminiee buka pintunya!"

"Ah sialan." Umpat Jimin. "Nanti saja noona!"

Percuma saja ia berteriak karena Jiwoo tidak akan berhenti sebelum Jimin muncul dibalik pintu.

"Argh!" Yoongi mengelus punggung Jimin lembut agar pria itu berhenti mengumpat. "Tidurlah lagi, biar aku yang buka." Lalu Yoongi menutupi tubuh Jimin dengan selimut. Dan membuka pintu agar Jimin tidak terganggu.

Bukan hanya Yoongi, Jiwoo pun terkejut dengan kehadiran masing-masing dibalik pintu.

"Apa yang kau lakukan ditempat Jiminie?" Belum sempat Yoongi menyapa, delikan tajam sudah ia dapatkan dari Jiwoo.

"Menginap." Jawabnya singkat sambil mengendikan bahu acuh. Sontak hal itu membuat Jiwoo mengerutkan keningnya.

Dengan tidak sabaran Jiwoo menyingkirkan Yoongi dan menerobos masuk. Ia menarik Jimin yang masih nyaman dalam selimutnya.

Apa ini april mop? Jiwoo lebih terkejut melihat leher dan dada Jimin yang penuh bercak.

"Noona apa-apaan ini?" Jimin kesal karena ditarik paksa saat tengah pulas. Ia kembali menyelimuti dirinya mengabaikan Jiwoo disana.

"Kau yang apa-apaan Park Jimin! Apa yang kau lakukan?!"

"Argh! Bisa nanti tidak noona! Aku mengantuk!"

Yoongi maju memegang bahu Jiwoo, "bisa biarkan dia? Aku perlu bicara padamu mungkin."

"Kau memang harus. Dasar bajingan." Oh bahkan belum mengatakan apa-apa saja cap itu sudah melekat padanya. Yoongi mendengus pelan lalu mengikuti wanita itu turun dan memasuki rumahnya.

"Jadi kau ada hubungan apa dengan Jiminku?"

Tolonglah, bisa biarkan Yoongi duduk dulu? Jiwoo seperti polisi yang mengintrogasi tersangka. Padahal disini Yoongi adalah korban. Atau mungkin memang Yoongi itu pelaku.

"Bukankah madam seharusnya lebih tahu daripada aku?"

Jiwoo menggebrak mejanya, "jawab saja selagi aku baik padamu anak muda." Yoongi ingin tertawa karena baginya Jiwoo juga masih muda.

Dan ternyata orang yang menyewakan rumahnya pada Jimin adalah madam yang sempat ia datangi di cafe tempo hari. Sungguh dunia ini seperti mempermainkannya dengan lingkaran takdir yang berjalan disekitar orang yang baru ia kenal.

"Aku hanya mengikuti saran madam untuk membuka hati pada yang akan datang." Jawab Yoongi cuek.

Dahi Jiwoo semakin memunculkan perempatannya, "aku menyuruhmu membuka hati, bukan membuka baju apalagi itu pada Jimin! Si sialan ini ingin sekali aku kuliti."

"Maafkan aku madam tapi hatiku terbuka jika bajuku terlepas." Konyolnya.

"Jauhi Jimin. Jangan jadikan ia pelarianmu."

Yoongi mulai memasang wajah seriusnya karena keberatan akan pernyataan Jiwoo. Mungkin memang malam itu sebuah kesalahan bagi mereka yang mabuk. Tapi kemarin mereka sangat sadar saat melakukan itu.

Jika boleh dikatakan bahkan Yoongi sudah mulai melupa pada Suji. Pikirnya hanya tertarik dan ingin mengejar Jimin. Hal yang tidak pernah ia lakukan pada Suji.

Ia tidak tahu jika dirinya seberani ini mendekati seseorang. Tapi nyatanya ia datang ke tempat Jimin sudah cukup menjadi bukti bahwa ia bukan orang pasif. Karena dulu Seokjin dan Namjoon kerap mencibirnya payah saat tidak berani mendekati Suji secara langsung.

Cards Of Destiny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang