Card 6

324 41 9
                                    

Jimin terus saja mengulang perkataan Jiwoo dibenaknya. Dan ia sungguh merasa benar-benar menjalankan takdir yang hanya ia ucapkan asal.

"Mungkin ramalanmu pada lelaki itu benar Jimin. Namun bukan pada wanita pujaannya melainkan terjadi padamu. Kalian bertemu diclub malam, minum bersama, lalu tidur bersama. Bahkan sekarang kalian masih bersama meski kau mengelak perasaanmu."

Aneh memang. Semua perkataan Jimin seakan memakannya bulat-bulat. Padahal ia pun tidak mengerti akan takdir apalagi diberkahi bakat melihat masa depan. Jimin hanya berucap berdasarkan maunya saja.

Minuman beralkohol.

Sebuah club malam.

Tidur bersama.

Dan dia akan menerimamu.

Itu semua yang pernah ia katakan pada Yoongi. Setelah mereka tidur bersama bahkan Yoongi selalu mengejarnya. Tidak ada satu pun kebohongannya yang meleset.

Mungkin hanya satu yang tidak terjadi atau mungkin belum?

'Kalian saling mencintai.'

Jimin menggelengkan kepalanya kencang. Menolak keras akan lintasan pikiran yang tiba-tiba menghantam.

Bagaimana bisa ia memikirkan cinta saat lelaki itu saja mungkin masih mencintai wanita pujaannya. Entahlah Jimin tidak tahu dan tidak ingin mencari tahu. Mungkinkah karena Jimin takut?

"Permisi..." Jimin yang sedang terbengong sontak kaget pada suara yang tiba-tiba menghampirinya.

Lagi-lagi Jiwoo berhasil mendudukan Jimin disini. Festival malam hari di tepian sungai Han, Jiwoo berkata dirinya hanya perlu duduk hingga pukul 10 malam dan sialnya sekarang masih pukul 6.45.

"Ada yang bisa ku bantu nona?" Tanya Jimin lembut karena pelanggannya terlihat seperti remaja.

"Kekasihku... Dia tiba-tiba memutuskanku. Aku tidak tahu kenapa- tapi aku- aku......" Suara tergagap itu berubah menjadi sebuah tangisan yang memekakan telinga Jimin.

Tolonglah!

Jimin tidak pandai dalam hal membujuk orang. Mengapa harus pelanggan seperti ini yang datang.

"Jangan menangis nona. Kau cantik, tentu akan ada yang mau bersamamu selain mantan kekasihmu itu."

"Sungguh? Apa aku cantik?"

"Ya. Kau cantik dan lucu nona." Puji Jimin dengan senyum tulusnya.

"Lalu apa kau mau menjadi kekasihku?"

Apa ini?!

Hey apa Jimin baru saja ditembak?

Tubuh Jimin mendadak kaku, jika ia menolak maka wanita ini akan semakin menangis. Tapi tidak mungkin juga ia terima karena kenal saja mereka tidak.

Berpikirlah Jimin!

"Eum maafkan aku nona tapi aku sudah memiliki kekasih. Kalau aku menerimamu...bukankah kekasihku akan jadi sepertimu?" Wanita itu menunduk mendengar ucapan Jimin.

"Nona percaya padaku, kau akan menemukan kekasih yang lebih baik setelah ini."

"Benarkah?" Jimin mengangguk yakin walau sebenarnya pun ia tidak tahu. Tapi memberikan kesan positif juga akan mempengaruhi pelanggan kan. Itulah yang Jimin pelajari dari Jiwoo.

Setelah mengucapkan terima kasih, wanita pergi. Namun tidak lama tendanya kembali dibuka.

"Kau peramal?"

Jimin mematai lelaki kekar didepannya. Badannya besar dan lengannya penuh tatto. Seketika itu juga Jimin merasa ludahnya tersangkut dengan sangat.

"Ada yang bisa aku bantu tuan?" Ucapnya santai dengan ulasan senyum yang mencapai mata. Tidak tahu saja kalian kalau jantungnya berdetak ketakutan didalam sana. Jimin takut ia akan dihabisi jika ketahuan berbohong dengan lelaki ini.

Cards Of Destiny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang