Card 7

303 44 5
                                    

   
   
    
      
Sesi beres-beres Jimin sedikit terganggu dengan pening dikepalanya. Ia ingin secepatnya sampai rumah lalu membungkus diri dalam selimut.

Hah.

Harusnya ia tidak memaksakan diri tadi saat merasa tubuhnya tidak sebaik biasanya. Semoga saja dirinya tidak pingsan saat berada dalam bus nanti.

"Sudah ingin pulang? Madam itu bilang kau disini hingga pukul 10."

Jimin mendongak melihat Yoongi yang berada dihadapannya. Meskipun heran kenapa lelaki itu tahu dimana dirinya namun untuk kali ini saja Jimin bersyukur atas kehadiran Min Yoongi.

"Aku tidak tahan lagi. Aku ingin pulang saja." Ucap Jimin dengan suara lemahnya seraya keluar dari tenda.

"Ayo aku antar, daripada kau menggunakan bus."

Dan Jimin tidak mendebat Min Yoongi malah hatinya senang atas tawaran tersebut. Karena ia butuh ranjangnya secepat mungkin.

"Kau hobbi menjadi penipu ya?" Tanya Yoongi ketika mereka berjalan bersisihan.

Tuduhan asal itu menciptakan delikan pedas dari Jimin. "Jika noona tak menyuruhku maka aku tidak akan sudi berada disana."

"Ya mungkin dia memang harus mengusirmu saat sedang berkencan kan?" Tawa Yoongi dibalas tatapan tajam Jimin.

"Kencan?"

"Tadi aku kesana dan noonamu itu sedang bersama lelaki, mungkin itu kencan? Entahlah"

"Terkutuklah kau Jung Jiwoo...." Jimin geram sekali jika memang Jiwoo sedang berpacaran padahal dirinya berada disini hingga sakit kepalanya tak tertahankan. Ini semua karena pria menyebalkan sejenis Jeon Jungkook.

"Kau tidak perlu cemburu, kita juga bisa berkencan seperti mereka. Ingin ke suatu tempat dulu?"

Yoongi membukakan pintu mobilnya untuk Jimin, membuat Jimin tersenyum dengan gumaman terima kasih disana.

"Aku hanya ingin ranjangku." Jawab Jimin saat Yoongi sudah berada dibalik kemudinya.

"Apa itu kode untuk aku ikut ke ranjangmu?"

"Tidak sialan. Aku lebih butuh tidur daripada kencan."

"Kencan di tempat tidur juga tidak buruk. Aku suka idemu itu."

"Sungguh aku butuh tidur, cepat jalankan mobilnya."

Yoongi diam menelaah wajah lelah Jimin. Suara Jimin pun tidak sekencang biasanya malah cenderung lemah. Rasanya ingin sekali Yoongi merengkuh dan menenangkan lelaki itu. Ingin menjadi sandaran bagi lelahnya Jimin.

"Kepalaku sakit sekali." Ujar Jimin dengan mata yang terpejam. Yoongi mengambil tangan Jimin dan mengecup punggung tangan itu.

"Ingin ke dokter dulu?" Namun Jimin hanya menggeleng lemah.

"Bisa tolong belikan obat di apotek saja?" Yoongi mengangguk meski Jimin tidak melihat dan memindai jika ada apotek ditengah perjalanan mereka.

Tidak lama mobilnya menepi, "tertulis ada dokternya juga disana, yakin tidak perlu diperiksa?" Tanya Yoongi sekali lagi memastikan bahwa Jimin yakin dengan pilihannya.

"Tidak, terima kasih Yoongi. Tapi belikan aku obat saja." Melihat senyum lemah Jimin, Yoongi menarik napas panjang dan keluar dari mobilnya.

Jimin memandang Yoongi dari dalam mobil. Melihat bagaimana pemuda itu masuk ke apotek lalu mampir ke kios sebelahnya.

"Ini obatnya dan aku juga meminta vitamin. Lalu ini makanan untukmu, kau bisa makan sekarang tidak masalah jika berantakan."

"Oh aku lupa, sebentar ku belikan air dulu." Sebelum Yoongi sempat beranjak, Jimin menahan lengan pemuda itu.

Cards Of Destiny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang