Card 4

324 44 22
                                    

Sejak bertemu kemarin dengan Jimin, Yoongi dengan gilanya menjadi penguntit untuk mengetahui dimana lelaki itu tinggal. Dan saat sudah tahu, Yoongi lantas mengunjungi Jimin hari ini.

Hari minggu tentu Jimin tidak ada aktivitas dan mengurung diri dalam kamar atapnya bersama kasur dan perlengkapan lainnya. Namun tidurnya terganggu karena ketukan di pintunya.

"Pergi kau Hoseok, aku masih ingin tidur." Teriakan Jimin tak lantas membuat pintunya diam. Ketukan itu kembali dan seperti bukan Hoseok yang selalu mengetuk dengan tidak sabaran.

Ketukan itu terlalu teratur dan sopan, seperti tamu yang-

Matanya langsung melotot, sepanjang ia tinggal disini tidak pernah ada orang yang mengunjunginya. Lalu itu..

Jimin menyambar kaosnya dan membuka pintu yang membuat rahangnya terjatuh.

"Selamat pagi Jiminie..."

Mungkin bukan hanya rahangnya yang jatuh tapi jantung Jimin pun ikut melorot mendengar namanya terucap di bibir manis- ralat maksud Jimin di bibir tipis Yoongi.

"Kau menguntit ku?" Tuduhnya.

"Cukup adil karena kau juga menipuku." Ucap Yoongi santai.

Penampilan Yoongi yang rapih bak karyawan kantor itu tak lepas dari pengamatan Jimin. Kemeja, celana bahan dan kaca mata. Perpaduan yang elite untuk mendatangi Jimin diakhir pekan.

"Lalu untuk apa kau kesini?" Tuntut Jimin.

"Menghabiskan akhir pekan bersamamu tentu saja."

"Kau bodoh karena tidak bisa mendekati wanita dan kau lebih gila karena sekarang kau malah mendekatiku! Enyah sana sialan."

"Bukankah sudah ku bilang? Ini karena kau mengambil benih terbaikku. Itu adalah mimpi setiap orang perlu kau tahu." Ucap Yoongi dengan wajah pongahnya.

Pupil Jimin melebar akan perkataan penuh percaya diri Yoongi. "Bajingan ini... Yak! siapa yang mengharapkan benihmu! Lagi pula benihmu sudah ku buang tanpa sisa."

"Dan tolong pergi. Aku hanya ingin di ranjangku untuk hari ini." Usir Jimin.

"Aku juga tidak masalah menemanimu di ranjang."

"Aku yang masalah! Tolong sekali tuan Yoongi lupakan saja kejadian malam itu. Aku juga tulus meminta maaf atas kesalahanku. Jadi saat ini tidak ada urusan lagi diantara kita." Yoongi menahan pintu yang hampir ditutup Jimin dan mendorongnya paksa hingga ia bisa masuk.

"Jika kau ingin selesaikan semua ini, kembalikan dulu benihku."

Jimin memandang Yoongi tak percaya. Sperma yang sudah tak tahu rimbanya itu bagaimana mungkin bisa Jimin kembalikan.

"Jika tidak bisa maka semua ini tidak akan pernah berakhir."

Kemudian Yoongi dengan lancangnya memindai seluruh ruangan Jimin yang hanya sepertiga dari kamarnya. Cukup rapih dengan buku yang tersusun, meja dan bangku serta dapur kecil. Hanya ranjangnya saja yang berantakan.

Jimin menahan Yoongi yang hendak duduk dikasurnya. "Aku tidak mempersilakanmu. Jangan lancang Min Yoongi."

"Oh kau sekarang kasar sekali memanggil namaku, padahal tiga hari lalu suaramu begitu lembut dan mendayu." Yoongi terkekeh melihat raut terkejut Jimin.

Jimin mengubah semua perkataannya yang pernah mengatakan Min Yoongi itu polos. Nyatanya lelaki ini hanya bodoh dan berpura-pura polos untuk menangkap mangsa semanis Jimin. Jimin jadi kesal sendiri.

"Maaf sekali lagi tapi aku tidak berminat menjadi pelarianmu. Sekarang aku tahu kenapa wanita itu menolakmu." Ejek Jimin.

"Itu karenamu! Dia sekarang membenciku."

Cards Of Destiny ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang